[8]. Cewek ular🐍

55.2K 5.9K 198
                                    

Happy reading!

📓

Celi berjalan mengendap endap menuju pintu garasi yang menyambung dengan dapur, dia membuka sedikit pintu itu dan mengintip.

"Itu liat nek. Papa mau pergi balapan."

Celi mengarahkan kamera ponselnya ke arah cowok berjaket hitam yang sedang menstater motor.

Saat cowok itu melirik ke arah tempatnya berdiri. Celi menutup cepat pintu itu dan memegang dadanya yang berdegup kencang, semoga saja cowok itu tidak melihat.

Brum brum brum

Setelah motor itu pergi menjauh Celi kembali mengarahkan layar ponsel itu ke depan wajahnya, dia bisa melihat rawut wajah kesal Riana yang sedang di tenangkan oleh Arion.

"Awas aja anak itu. Mentang mentang kita gak ada di Rumah dia jadi berani pergi balapan lagi?! Seharusnya dia sadar dong! Udah jadi bapak bapak juga, masih aja begajulan." Riana mengomel tak henti hentinya.

"Udah ma. Nanti darah tinggi Mama kabuh lho, gak usah di pikirin. Nanti dia sa-" Arion yang mendengar omelan Riana mencoba menenangkan sang istri.

"Dia apa?! Itu anak kalau gak di sadarin gak bakalan sadar sadar! Lihat aja sekara-"

"Ssst.. Nenek. Jangan marah marah, nanti nenek sakit." Sela Celi cemberut.

"Eh sayang, nenek jadi lupa kalau nenek lagi video call sama cucu nenek."

"Iya gakpapa. Tapi...." Celi mengatupkan bibirnya, ia seeikit ragu untuk melanjutkan.

"Tapi apa sayang?" Riana mengerutkan kening melihat cucunya yang tiba tiba saja terdiam.

Celi memejukan bibirnya ke layar ponsel lalu berbisik. "Jangan bilang sama Papa kalau Celi yang ngaduin Papa balapan ke nenek."

Riana tertawa gemas melihat tingkah cucunya yang sangat imut. Jarang jarang lho Celi mau bersikap seperti ini.

"Oke, oke. Nenek gak akan bilang." Ujar Riana dengan sisa tawanya. Celi ikut tertawa kecil melihat neneknya yang sampai menangis karena tertawa.

"Tante? Tante lagi video call sama siapa?" Tiba tiba suara asing ikut menyahut.

"Ini sama cucu tante." Celi dapat melihat Riana yang menoleh ke samping dan menjawab dengan lembut.

"Celi ya tan?!"

Saat Celi melihat wajah tengil itu di depan layar, ia refleks menjatuhkan ponselnya.

Bruk!

Hampir saja jantung Celi copot karena melihat wajah menyebalkan yang tiba tiba muncul. Yang tadi itu namanya Kein, sepupunya Rion yang masih berumur 8 tahun.

Dulu sewaktu Celi masih menjadi bayi mungil pemalas yang tidak bisa berbuat apa apa selain tidur, menagis dan makan. Kein selalu rutin melihat keadaanya, bocah kecil itu bagaikan monster berwajah imut yang pernah Celi jumpai.

Kein suka sekali membuatnya menangis. Ada ada saja kelakuannya supaya Celi menangis. Seperti mengambil dot Celi yang lagi menyusu, atau mencubit pipi Celi sampai berbekas, memaksanya duduk di sebelahnya untuk menemani bermain game, bahkan Celi pernah di paksa meminum minuman bersoda milik bocah itu yang di belikan Riana untuknya. Padahal Riana tidak ingin memberikan minuman bersoda untuk anak kecil, karena Kein yang terus merengek, akhirnya Riana membelikan minuman itu untuknya.

Untung saja setelah Celi mulai bisa merangkak, bocah itu sudah pindah keluar kota bersama orang tuanya.

Dan Celi selalu berharap, bocah itu tidak akan pernah lagi kembali dan mengganggunya.

CELI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang