"Lo mau bebas,kan? Udah lepasin gue. Kasih tahu gue siapa Mama gue, biar gue gak nyusahin lo lagi. Biar gue gak jadi beban lo lagi."
Ceklek.
Bunyi pintu terbuka mengagetkan Celi, ia mengalihkan pandangannya kearah pintu. Riana berdiri di sana dengan posisi tangan yang masih memegangi handel pintu. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah punggung pemuda yang masih membelakanginya menghadap jendela.
Apa yang barusan itu hanya hayalannya saja? Menyedihkan! Padahal dirinya sudah merasa puas tadi.
"Apa sudah selesai?" Riana membuka suaranya, ia berjalan masuk kedalajm tak lupa menutup kembali pintu yang sempat ia buka tadi. "Suster tadi ngantar makanan. Kalau udah selesai, Celi biar makan dulu."
Rion membalik badannya, ia menatap sekilas kepada Celi. Kemudian ia berlalu begitu saja, meninggalkan Celi yang masih bertanya tanya.
Sial, Rion belum menyebutkan apa alasannya membenci dirinya.
Setelah kepergian Rion, seorang suster masuk sambil mendorong troli berisi bubur dan segelas air.
Andai aja yang tadi itu benar benar nyata.
🍁🍁🍁
Suara deruan mobil terdengar memenuhi halaman mansion keluarga Bramata. Sementara itu Celi yang berada di dalam mobil menumpu kepalanya dengan malas.
Seharusnya kemarin saat di Rumah sakit Celi kabur saja. Sangat malas sekali kembali ketempat ini.
Suara mesin mobil yang mati di barengi dengan pintu mobil yang di tumpangi Celi terbuka. Kursi roda sudah tersedia di sebelah Bi Nuri yang membukakan pintu.
Arion datang menyela, Bi Nuri yang semula berdiri di depan Celi memundurkan tubuhnya agar Arion bisa mengangkat Celi yang hanya diam tanpa ekspresi.
Celi di dudukkan di kursi roda, anak kecil itu mendengus keras. Padahal ia bisa berjalan sendiri, tapi kedua orang tua itu keras kepala memaksanya menaiki kursi roda.
"Aku masih bisa berjalan Kakek." Protes Celi yang duduk di kursi roda, sementara Arion dan Riana berjalan di belakang Bi Nuri yang mendorong kursi roda.
Oh iya, dimana pengasuhnya? Kenapa bisa Bi Nuri yang datang menyambutnya?
"Keadaanmu masih kurang baik sayang, sebaiknya kamu pakai itu dulu sampai keadaan cucu nenek yang manis ini membaik." Ujar Riana sabar, menjawab setiap protesan yang keluar dari bibir mungil itu.
Celi mengatupkan bibirnya, tak berniat untuk menyahut lagi.
Saat akan melewati aula, Celi menolehkan kepalanya kebelakang, ia menunjuk ke arah pintu keluar yang terdapat di sebelah kiri ruang aula.
"Kesana dulu bi, Celi belum mau masuk kamar." Ujarnya yang mendapatkan pelototan dari kedua orang paruh baya itu.
Celi mendengus, ia sungguh kesal. Pergerakannya selalu terbatasi, saat hendak membuka suara. Suara lain menyahut dari depan, Celi yang kepalanya sedang menoleh ke belakang sontak menolehkan kembali kepalanya kedepan.
"Tante."
Seorang gadis mungil berwajah lugu dengan anggunnya berjalan mendekat. Spontan Celi mengepalkan jari jemarinya, apalagi saat matanya mendapatkan pemandangan yang dapat membuatnya sakit mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELI [SELESAI]
FantasyMENDING GAK USAH DI BACA!! KALAU MASIH NGEYEL YAUDAH!! TANGGUNG SENDIRI RESIKONYA🐒 Cerita pertama🐵 harap maklum kalau alurnya melenceng sana sini🐖 Jan di hujat🐷 💌💌💌 "Gue bukannya gak mau berusaha. Sekuat apapun gue berusaha, semuanya percuma...