Part 22
Gaia baru menyadari, kalau anak lelakinya itu, duduk di kursi roda, ia kaget, penasaran bercampur tidak percaya, akan kenyataan di depan matanya.
Gaia gemetaran, tidak terima, anaknya yang dahulu bisa berlarian, disekitarnya kini, harus mengandalkan kursi roda?!
"Apa yang terjadi?" Tanya gaia menatap semua orang disana, matanya berkaca-kaca, menahan air mata kesedihan "kenapa geon...geon..."
"Geon kehilangan kakinya, sewaktu menolongku" ucap gina menundukkan wajahnya sedih "bukankah ayah, memberikan perintah, untuk menghilangkan kami dari dunia ini?"
"Apa?!" Ucap gaia terkejut, seakan tersengat segerombolan lebah sekaligus "aku tak pernah memberi perintah seperti itu! Aku hanya memberi perintah, untuk membawa kalian, kembali kemari dengan selamat!"
"Lalu siapa yang mengejar kami, hingga membuat geon, kehilangan kakinya?" Gumam gina berpikir sendiri, matanya membesar, ia memandang geon yang juga memandang ke arahnya, mereka memikirkan hal yang sama
"Akan aku selidiki masalah ini hingga tuntas!" Jerit gaia marah besar, tidak terima perintahnya, dipalsukan didepan hidungnya!
"Sudahlah, itu tidak penting lagi!" Pekik geon menghela nafas panjang, ia memutar kursi rodanya ke suatu arah "apa ayah sudah mengunjungi ibu?"
"Bukankah ibumu kabur bersama pria itu?" Cela gaia sinis, mendengus kesal mendengar istrinya disebut, masih terbayang dimatanya bagaimana istrinya mengkhianati cintanya "kenapa kau mencarinya disini?"
"Ayah, ibu tidak pernah meninggalkan tempat ini, sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya!" Desah gina membantu geon, mendorong kursi rodanya
"Ibu kalian sudah...." Bisik gaia tak mampu, melanjutkan kata-katanya, ia tercekat "bagaimana dan kapan....?"
"Tak lama sebelum ayah mengusir kami" bisik geon marah, masih segar dalam ingatannya, bagaimana sang ayah marah besar dan mengusir mereka saat itu, tanpa pernah memberi kesempatan membela diri
"Apa?!" Pekik gaia kaget, ia seakan baru diberi tahu sesuatu, rahasia besar, cuma hanya dirinya sendiri, yang tidak mengetahuinya! "Sudah selama itu!?"
"Dan ayah tidak tahu, ibu selalu berada disekitar istana?!" Ejek geon terkekeh menghina ayahnya "benar-benar, seperti bahasa bunga matahari ya! Bunga yang sangat disukai bunda."
"Aku selalu memandangmu!" Seru geon dan gina kompak bersamaan
Gaia melotot kaget, mendengar ucapan kedua anaknya, ia memang pernah mendengar, cerita sedih bunga matahari dari istrinya, tapi mendengar bahasa tersirat, dalam sekuntum bunga?!