Part 9
Gadis itu terlihat ketakutan melihat orang yang menyapanya itu, matanya yang coklat membuat gadis itu berusaha melarikan diri.
Namun tangan gadis itu, tertahan segumpal perban, yang terasa mengganjal, di tangan kanannya.
"Tanggung jawab atas apa yang kau perbuat!" Tuntut lelaki berambut pirang, menggenggam erat tangan gadis yang hampir kabur
"Mana bisa begitu wind, keperluanku banyak sekali tau!"
"Banyak bagaimana?!" Cela wind berusaha menyelidik "kau kan banyak sekali mencuri, dari artefak langka sampai permata yang harganya selangit, kau apakan saja semua itu?"
"Kau sendiri, sudah dapat tunjangan pemerintah, masih saja mencuri barang orang" cecar gadis itu tak mau kalah sinis "masih kurang tunjangan pemerintah yang kau dapatkan?"
Wind menarik gadis itu, kedalam pelukannya, dengan sekali hentakan.
"Kurang karena tidak ada dirimu, didalam daftar tunjanganku!" Bisik wind ditelinga gadis itu
"Lepaskan, gombal mesum!" Seru gadis itu meronta mencoba meloloskan diri namun tidak bisa karena tenaganya tidak sebanding
"Aduh!" Pekik wind melepaskan pelukannya pada gadis itu, lalu memegangi kepalanya yang dipukul sesuatu
"Rasakan itu, pengecut!" Jerit seorang yang berada di belakang wind, mengacungkan tongkat bengkoknya ke arah lelaki itu "beraninya sama perempuan lemah, hadapi aku kalau berani!"
"Nenek!" Ucap gadis berambut pink, memandangi penolongnya, dan langsung dipeluknya erat-erat "nenek pergi sendirian ke kota?"
"Tidak cu, biasa bersama rombongan ibu-ibu yang sibuk belanja, atau berdagang. Sementara nenek tua ini di biarkan menunggu, di kereta angkut barang, lalu nenek melihatmu. Apa kau tidak apa-apa anak manis?"
"Baik-baik saja berkat nenek." Ucap gadis berambut pink itu dengan senyuman terbaiknya
"Anda neneknya?" Tanya wind menunjuk nenek itu
"Kau sudah mengganggu cucuku! Mau apa kau hai anak kurang ajar!"
"Kalau begitu, biarkan cucumu menikah denganku nek" pinta wind berlutut memohon "aku akan membahagiakannya seumur hidupnya"
Nenek itu memandangi wind dari atas ke bawah dengan intens.
"Memang kau bisa apa?"
"Apapun yang nenek minta, asal saya bisa mendapatkan cucu nenek"
"Kalau begitu, bantu nenek mengangkut karung, untuk dinaikkan ke kereta angkut, yang ada disana" tantang si nenek dengan angkuh
"Baik" wind melipat lengan bajunya dan mulai bekerja
Tidak sampai 10 karung, wind sudah terlihat kelelahan. Sinenek terkekeh mengejek keterbatasan wind, beberapa orang wanita datang, lalu bersama-sama menyelesaikan pengangkutan, dan pergi menuju perkampungan mereka.
"Bibi, ini uang untuk biaya pengobatan nenek, dan persalinan kalau ada yang melahirkan." Ucap gadis berambut pink, memberikan semua uang yang ada di kantongya, kepada seorang wanita yang duduk menyesap tehnya, sore itu
"Nak, kami tidak membutuhkannya lagi. Seperti yang kau lihat, hasil pertanian desa ini, sudah cukup untuk menghidupi kami semua, yang ada disini." Tolak bibi itu sopan "kami sangat bersyukur, kau begitu memikirkan kami dan memberikan tempat aman ini untuk kami. Tak ada satupun tentara, yang berani merusak pagar yang kau bawakan untuk memagari perkampungan ini. Kami memang pasrah mengingat tak ada satupun dari kami yang menguasai bela diri. Sesuai ucapanmu, menyerah pada negri utara, tanpa perlawanan membuat kami semua tetap hidup dalam damai."