Part 10
Gina membuka matanya yang berat setelah semalam minum, cairan cukup berat berwarna biru dongker. Ia hendak bergerak menuju kamar mandi untuk menyegarkan dirinya, tapi tubuhnya terasa berat dan sulit digerakkan.
Gina mengintip selimut pembungkus tubuhnya, dan menemukan pemandangan ganjil, yang membuat mukanya memerah seketika.
Sebuah ciuman mendarat cepat di pipi kiri gina, membuat gina memegangi kepalanya yang terasa berat.
"Pagi, istriku" sapa orang yang mencium gina dan memeluk tubuh gina erat
"Efren, kau ini mencuri kesempatan dalam kesempitan?!" Jerit gina meledak seketika
"Ayolah, ini sudah biasa dilakukan suami istri kok." Bisik efren di telinga gina, setengah mengeluh "apalagi aku tidak mau disebut suami yang buruk, karena selalu aku yang memulainya duluan! Seakan hanya aku yang mengambil keuntungan atas hal ini."
"Jadi, kau menginginkan inisiatif seorang istri?" Tanya gina membalik posisi mereka, sekarang gina yang berada diatas efren dengan seringaian
"Tunjukkan apa yang kau punya!" Tantang efren menatap istrinya genit
"Jangan pernah kau sesal kemudian!" Seru gina yang langsung melumat bibir efren ganas dan memberikan beberapa gerakan kasar pada suaminya
Efren terlihat senang dan memberikan beberapa balasan yang tak kalah sengit. Suara seseorang dari pintu, membuat gina menghentikan serangannya dan menatap ke arah pintu dengan kaget bercampur panik.
Gina langsung menyingkir kesamping efren dan berusaha meraih pakaian yang tercecer dilantai.
"Maaf, aku baru tahu kakak datang dan berusaha memastikannya." Ucap lelaki pembuka pintu kamar efren, yang langsung berbalik ketika melihat pemandangan itu "akan kusiapkan makan pagi untuk kalian."
Pintu kamar ditutup, dan suara benda mengelinding menjauhi ruangan itu, hingga hanya suara sunyi yang senyap menghinggapi sekitarnya.
"Sudah aman!" Bisik efren berusaha menenangkan gina, yang menutup mukanya memakai bantal, disebelah efren yang kosong "kita lanjutkan saja, sampai dimana kita tadi?"
"Malu, ah! Masa aku yang menyerang duluan, aih, rasanya mukaku sudah hilang entah kemana!" Guman gina berkali-kali seakan baru saja tertangkap basah, sedang melakukan perbuatan paling buruk, dan sedang menjalani persidangan, untuk menentukan hukuman yang pantas
Efren menghela nafas sebal, hilang sudah moment berharga impiannya, gina sepertinya sudah kehilangan minat, ketika adiknya melihat dirinya melakukan hal itu.
"Kau mau terus seperti ini sampai adikmu datang?" Bisik efren di telinga gina, sambil meremas kedua bahu istrinya untuk mengembalikan gina ke dunia nyata "ayo, kita bersihkan diri dulu, kau pastinya tidak ingin terlihat buruk dihadapan adikmu bukan?!"
Gina menunduk, menutupi mukanya yang merah dengan kedua tangannya, sedang efren terlihat menyisir dan menata rambut gina dengan telaten.
"Nah, coba lihat ke kaca. Bagaimana penataan rambutku?" Bisik efren berusaha membuat gina menatap bayangannya di cermin
"Kalaupun aku bilang tidak suka, kau akan tetap memakaikan backless padaku kan?!" Ejek gina melihat bayangannya sendiri, dengan rambut gulung-gulung bak putri "terserah padamu saja, mengaturkannya untukku. Orang pasti tidak akan bisa menebak kebiasaanmu menata rambut wanita."
"Habis, istriku selalu terlihat cantik dengan apapun. Jadi bingung harus menatanya bagaimana lagi, agar ia terlihat cantik." Puji efren mengecup bibir gina cepat, yang membuat gina kembali tersipu malu "nah, inilah istriku. Setelah segar mandi sekarang kita terlihat lebih baik, bukan?"