Betwen stain, paola, and edy
Ditemukan dalam keadaan memegang benda curian, membuat anak lelaki bermata coklat, harus menghadapi meja hijau diusia muda.
Persidangan yang timpang sebelah tentunya, anak lelaki tanpa latar belakang yang jelas, ditambah saksi mata dan bukti ditangan tentu memberatkan anak itu.
Anak lelaki berambut coklat harus bersiap menghadapi kematiannya, dengan mata tajam tidak terima penuh amarah juga kebencian, ia diseret mendekati tempat hukuman.
Sang takdir ternyata masih cukup baik, mempertemukannya dengan lelaki bertopeng tanpa ekspresi, penolong jiwanya. Bagi anak berrambut coklat itu, ia bahkan rela menukarkan nyawanya, untuk membalas kebaikan lelaki itu.
Anak berambut coklat, dengan cepat mempelajari semua hal di ruang pelatihan istana negri utara, berharap lelaki penolong jiwanya, tidak kecewa terhadapnya.
Tapi hal itu, memancing rasa iri dan dengki yang sangat besar dari anak berambut biru.
"Hei kamu!" Seru anak berambut biru culas, tahu hanya dengan anak berambut coklat saja, dirinya selalu kalah berebut perhatian sang ayah!
"Ya, yang mulia pangeran efren" jawab lelaki berambut coklat tersenyum manis terhadap anak penolongnya "apa yang bisa saya bantu?"
Semua orang disana melihat kearah anak baru itu ketakutan, anak itu sedang membangunkan macan tidur, tak lama lagi, macan itu akan segera mencakar dan menggigit mangsa empuk dihadapannya!
"Bantu aku keluar dari istana!"
"Tapi yang mulia pangeran, itu adalah larangan keras dari ayahanda baginda raja." Sahut lelaki berrambut coklat tegas, sang ayah sudah menitipkan anak ini pada dirinya, dan akan dijaga apapun taruhannya!
Sebuah rasa sakit segera menjalar cepat memenuhi punggung, dan merambat ke seluruh tubuh. Hukuman bagi pembangkangan, sudah dijalankan, membuat lelaki berambut coklat mengerang kesakitan, hingga pingsan tak sadarkan diri.
Dibawah langit cerah negri barat, beberapa anak lelaki terlihat menungangi gajah, mengelilingi arena latihan. Mereka saling beradu kuat satu sama lainnya, mencoba menjatuhkan lawan.
Dilangit yang sama, namun berbeda tempat, seorang gadis terlihat sedang membantu ayahnya, untuk memanen ladang mereka yang mulai menguning. Mereka terlihat sangat bahagia menyambut hasil panen akbar ini.
Kembali ke anak lelaki berambut coklat yang pingsan, dihadapannya ada lelaki dewasa bermata ungu menatapnya cemas.
"Maafkan tingkah anakku, stain." Ucap lelaki bermata ungu itu mengusap puncak kepala anak berambut coklat lembut "dia kurang diajari, bagaimana sopan santun dengan baik."
"Hamba yang bersalah, yang mulia raja" hibur stain menatap sepasang mata ungu itu dewasa "hamba lebih banyak mendapatkan kasih sayang anda, dibandingkan anak anda sendiri. Dia tentunya sangat iri melihat hal itu"
"Itu bukanlah alasan, untuk memulai hukuman" desah sang raja menghela nafas panjang, sebagai ayah ia ingin mengajari anaknya, bagaimana menghargai seseorang, tapi malah disalah artikan oleh anaknya!
"Yang mulia, sebaiknya anda segera menemui yang mulia pangeran" bisik stain lemah, melihat adanya bayangan orang menguping, didekat pintu "pangeran sepertinya, sedang menguping pembicaraan kita"
"Biarkan saja!" Gumam sang raja sebal "ia harus belajar, kalau tindakan ini tak akan membuat kasih sayangku padamu berkurang. Dan juga hasil dari tindakannya, justru akan mendekatkan diriku padamu, itu pasti akan membuat anak itu sedikit jera melakukan hal itu padamu"
Stain mengangguk mengerti akan strategi itu, tersenyum puas menatap penolongnya.
"Satu lagi, aku minta kau bisa menjaga anakku, apapun kondisinya" pinta sang raja diikuti anggukan kepala stain