Senin pagi. Andrea tidak ingat jam berapa ia tertidur semalam, ia merencanakan jadwal yang cukup padat untuk hari Senin hingga Jumat. Para tim Menajam Langit belum datang, studio terlihat sepi. Andrea memutuskan untuk melihat Kaia di kubikelnya, ia perlu cerita nyentrik dan aneh dari Kaia.
Andrea tersenyum pada semua orang yang menatapnya. Para operator tengah menyiapkan segala persiapan jadwal.
"Kai," kata Andrea pada wanita itu.
Kaia memutarkan kursinya dan tersenyum pada Andrea, terdapat garis hitam yang melingkar di bawah mata Kaia. "Kai? Mata kamu kenapa?" tanya Andrea khawatir.
Kaia mengibaskan tangannya. "Nggak usah khawatir, ini cuman gara-gara gue party dua malam nggak berhenti." katanya dengan enteng.
Andrea menghela napasnya, lalu ia melihat Kaia yang tengah menyiapkan skripsi. "Belum briefing, Kai?"
"Belum, Ndre. Belum pada datang tuh yang lain."
"Hmm, sama sih."
"Eh, gimana kerja sama Pak Arya?" tanya Kaia penasaran.
Andrea menghela napasnya kembali. "Hancur."
"Ndre? Serius dong.." rengek Kaia.
Andrea menatap Kaia dengan frustasi. "Aku serius, hancur banget. Berasa dijadikan pembantu sama dia. Aku bukan sekretaris, lebih jadi bahan untuk dimanfaatkan aja."
"Dimanfaatkan? Apanya?"
Oh, sial... Kaia pasti akan bertanya dengan detail. "Ya pokoknya gitu deh! Malas bahas." jawab Andrea.
Kaia hanya bisa manyun lalu kembali mengetik, suasana pagi di kantor cukup menyenangkan tidak terlalu bising dan orang-orang tampak membawa aura kebaikan.
Andrea membayangkan, andaikan dia bisa bekerja dengan tenang, mungkin ia sekarang akan menikmati waktunya dalam bekerja. Tidak peduli di kejar target rundown, karena ia menyukainya. Ibunya tidak pernah memberi kabar pada Andrea, begitupun dengan Andrea. Ia tak mau kalau Ibunya sampai membahas segala pekerjaan yang terlalu banyak menuntut seperti ini, ia bisa-bisa di paksa untuk pulang.
"Sudah sarapan?" tanya seorang pria yang baru saja mendekati Andrea dan Kaia.
Andrea menoleh dengan wajah terkejut, sementara Kaia membalasnya dengan cepat. "Sudah Pak, Bapak bagaimana?" tanya Kaia balik.
Bagus ada di depa Andrea dengan senyuman yang mencerahkan dunia Andrea. Pria itu seolah-olah bisa menjadi matahari saat ini. "Saya sudah, boleh saya ajak Andrea? Ini waktunya briefing."
"Oh silakan, Pak. Duh, Andrea memang main kabur aja." kata Kaia dengan menyebalkan.
Andrea berdiri dan menatap Bagus tidak enak karena ia baru saja di susuli. "Maaf Pak, saya kira semua orang belum datang, jadi saya menemui Kaia dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Player VS The Playing | TAMAT✔
RomanceMenjadi gadis paling yang tidak menonjol adalah tujuan Andrea. Selama hidupnya, Ibunya tidak suka jika ia berdandan berlebihan memperlihatkan kemolekan. Jadi gadis yang sederhana, adalah poin yang Ibunya ajarkan. Andrea tidak pernah sekalipun mengu...