Andrea melepaskan sabuk pengamannya dan menatap Arya yang sedang menatapnya juga. Ayahnya baru saja pergi ke Sydney untuk beberapa hari, mengurus semua pekerjaannya yang akan dipusatkan di Jakarta mulai bulan depan. Selain itu, Matteo memberikan semua akses bebas pada Andrea atas kepemilikan pria itu. Rumah yang berada di Kemang, dua buah apartemen di Menteng atas nama properti Matteo, dan lagi Matteo memerintahkan agar Andrea pindah ke tempat layak huni seperti apartemen yang dekat dengan gedung kantornya. Sayangnya Andrea menolak itu semua dan memilih menetap di indekosnya bersama Rani untuk sementara waktu.
Ia juga perlu menceritakannya pada Rani. Niat awal bekerja di Jakarta yaitu sekaligus mencari keberadaan Ayahnya. Dan entah kenapa, Andrea merasa Tuhan sangat baik dan mengutus Arya untuk memberitahu semua ini. Andrea tentu saja sadar, Arya sudah melakukan hal besar dan begitu tidak ternilai untuk dikatakan. Arya membantunya agar ia bisa bertemu dengan Ayahnya. Siapa yang tahu? Andrea selalu memakai nama Lubis di nama belakangnya. Mungkin, Arya dan instingnya yang kuat lah sehingga pertemuan Ayah dan sang anak yang sudah terpisah lama itu bisa terjadi.
"Terima kasih, Pak Arya. Saya nggak tahu harus balas Pak Arya bagaimana. Tapi, saya benar-benar ingin mengatakan terima kasih dari hati terdalam saya." kata Andrea dengan malu.
Sebenarnya, ia agak khawatir akan Haji Ibrahim yang akan memarahinya kali ini. Mobil Arya terparkir di depan pagar rumah Haji Ibrahim, bisa-bisa ia kena damprat.
"Tidak usah berlebihan, aku hanya menolong." balas Arya dengan sesimpel mungkin.
Andrea bahkan tidak menyadari Arya yang sudah merubah gaya bicara mereka. Tapi Andrea, tetap kembali pada Saya dan Bapak kembali.
"Saya harus bagaimana, Pak? Bapak ingin apa? Apa yang harus saya lakukan untuk Bapak?" tanya Andrea antusias.
Arya menatap Andrea dengan serius kali ini. "Masak untuk aku setiap hari, apa kamu bisa?"
Mata Andrea mengerjap dengan cepat. "Hng—bagaimana, Pak?"
"Aku ingin kamu memasak untukku," balas Arya sekali lagi.
Andrea mengangguk dan tersenyum kaku. "Oh, hanya itu saja.. Syukur lah." kata Andrea dengan lega, namun tetap saja ada hal yang Andrea harapkan dari Arya.
"Ya, kamu bisa turun dan aku akan pulang."
"Oh, iya.. Saya hampir lupa, terima kasih Pak. Maaf kalau saya merepotkan Bapak dari kemarin."
"Tidak masalah."
Andrea turun dari mobil Arya dan melihat kepergian pria itu. Ada yang aneh pada Arya, tidak biasanya Arya seperti itu padanya. Entah kenapa Andrea lebih merasa Arya lebih kalem? Ya, sepertinya begitu.
Intinya, satu hal yang harus ia lakukan adalah menceritakan segalanya pada Rani dan yang terakhir.. Ia harus menghadapi Ibunya.
Ah.. Ibunya semoga tidak memarahinya lebih besar seperti yang sudah-sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Player VS The Playing | TAMAT✔
RomanceMenjadi gadis paling yang tidak menonjol adalah tujuan Andrea. Selama hidupnya, Ibunya tidak suka jika ia berdandan berlebihan memperlihatkan kemolekan. Jadi gadis yang sederhana, adalah poin yang Ibunya ajarkan. Andrea tidak pernah sekalipun mengu...