II

37.5K 3.1K 46
                                    

Andrea membuka pagar indekosnya di daerah Menteng, ia melihat satpam yang tersenyum padanya, Andrea hendak menyapanya namun ketika melihat tetangga pinggir kamarnya tersenyum padanya dan melambaikan tangan Andrea langsung menghampiri Rani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andrea membuka pagar indekosnya di daerah Menteng, ia melihat satpam yang tersenyum padanya, Andrea hendak menyapanya namun ketika melihat tetangga pinggir kamarnya tersenyum padanya dan melambaikan tangan Andrea langsung menghampiri Rani.

Rani adalah teman seperjuangannya, gadis itu kini bekerja di salah satu perusahaan mobil. Dari Bandung, Rani diizinkan oleh orangtuanya berbeda dengan Andrea yang tidak diberikan izin oleh sang Ibu namun tetap nekat.

"Andrea! Gimana? Sukses?" tanya Rani penasaran.

Andrea mengangguk. "Hm, sukses."

"Wah! Kita harus makan-makan! Kabari Ibumu, Ndrea, biar nggak khawatir."

Andrea setuju saja, ia menaiki lantai dua dimana kamarnya berada. Fasilitas indekos dengan AC, lemari, meja rias, kasur dan kamar mandi pribadi sudah cukup bagi Andrea. Kamarnya luas, dan pemilik kosan mengizinkan setiap kamar memiliki dapur pribadi di kamarnya. Hitung-hitung, sudah seperti apartemen saja, hanya biayanya lebih murah.

Untuk saat ini, Andrea tidak akan muluk-muluk. Ia akan memanfaatkan yang ada saja, sudah biasa hidup sederhana, kesusahan sedikit menurut Andrea itu wajar. Ibunya bilang, namanya juga hidup tidak akan selalu mulus. Andrea sejak kecil sudah dihadapkan dengan beberapa kesusahan, jadi baginya hal ini hanya pijakan sementara.

Ia membuka segala pakaiannya dan pergi mandi, setelah mandi Andrea mengambil ponselnya dan menghubungi Ibunya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul lima sore, artinya Ibunya sudah pulang dan berada di rumah.

Setelah dua minggu kepindahan Andrea, ini pertama kalinya bagi Andrea menelepon sang Ibu.

Lama tak diangkat, Andrea jadi gusar. Ia cukup pesimis dan berpikir Ibunya tidak akan mengangkat teleponnya.

Tapi...

"Halo?" sapa suara lembut Ibunya di seberang sana.

Andrea mengerjapkan matanya cepat dan tersenyum. "Halo, Ibu.."

"Oh, kamu masih ingat sama Ibu? Kirain sudah lupa." sindir Ibunya pada Andrea.

Andrea ingin menangis mendengarnya. "Ibu, gimana kabar Ibu?"

"Tentu saja Ibu akan baik-baik saja. Meskipun kamu pergi dari rumah." jawabnya ketus.

Andrea paham akan kemarahan Ibunya. "Bu, Andrea sudah diterima bekerja di FGM Bu. Andrea di terima jadi bagian Tim Kreatif."

"..."

Tidak ada jawaban. "Ibu?"

"Ya sudah, itu kan pilihanmu. Ibu tidak bisa memaksa kamu untuk pulang. Jaga diri baik-baik." pesan Ibunya.

Andrea mengangguk. "Iya, Bu. Aku akan jaga diri aku."

"Kamu baru pulang?"

"Iya, Bu. Tadi Andrea sudah mendapatkan tugas buat acara televisi terbaru di FGM."

The Player VS The Playing | TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang