"Ran," kata Andrea pada Rani yang tengah menyetrika seragam kerjanya.
"Ada apa? Galau? Cerita sini, cerita." ledek Rani sambil melambaikan tangannya.
Andrea berdecak malas. "Serius, Ran."
"Kenapa sih? Serius amat, aku jadi takut nih. Nanti ya, tunggu diseriusin sama anak Bintaro dulu."
Andrea makin tak paham dengan obrolan Rani yang makin melantur itu. "Hah?"
Dengan wajah tanpa rasa bersalah Rani tertawa, sementara Andrea sudah kesal dan kini menginjak ranjang Rani yang sudah rapi. "Aku acak-acak ini ya!" ancamnya.
Rani membulatkan bibirnya. "Hei! Aku udah beresin kasurku itu, haduh! Kotor nanti aku harus ganti seprainya lagi, hei Andrea!" teriak Rani dengan heboh, padahal Andrea baru saja menyimpan jempol kakinya di ujung kasur.
Andrea membetulkan kacamatanya yang copot, ia menatap Rani dengan tajam seolah gadis itu mangsanya kini. "Kamu keceplosan tadi, Ran. Yang kamu bilang orang Bintaro siapa coba?"
Rani berdeham dan mencabut kabel setrika dari stop kontak. "Dia, masih belum official,"
"Terus?"
"Ya aku cuman kasih informasi aja, kalau dia orang Bintaro. Udah itu aja."
"Orangnya baik, nggak?" tanya Andrea dengan mode emak-emaknya yang sudah aktif itu.
Rani terlihat berpikir. "Dia baik, tapi sudah ditebak."
"Kalau memang kamu sudah punya firasat nggak enak nggak usah diteruskan lah, Ran. Kayak aku ini, kamu ingat Arya? Arya Atmodjo CEO FGM?"
"Aku tahu Arya Atmodjo, Ndre. Kamu jangan anggap bodoh begitu dong. Seantero Indonesia pasti tahu siapa Arya Atmodjo!"
Andrea mengangguk cepat dengan wajah tak sabaran. "Tapi aku selalu nggak enak hati kalau dekat sama dia, Ran."
Rani tertawa mendengarnya. "Memang dia sejenis manusia menyebalkan gitu, ya?"
"Kayaknya iya," jawab Andrea. "Dia nawarin pekerjaan sama aku. Hanya untuk percobaan, aku di suruh jadi sekretaris dia."
Rani membulatkan matanya terkejut. "Serius kamu?!
Andrea mengangguk kembali. "Iya, kemarin aku makan siang sama dia."
"Andrea?!" jerit Rani berlebihan.
"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Andrea bingung.
"Bu-bukan gitu, aduh kamu memang bego kebangetan. Kamu makan siang sama Arya Atmodjo?"
"Nggak berdua kok, Ran. Ada Pak Bagus sama Kaia juga."
Rani memajukan bibirnya memberikan ekspresi gemas. "Aku kira kalian makan berdua!"
"Lho? Memangnya kenapa, sih?" tanya Andrea sekali lagi.
Rani menggeleng pasrah, menjelaskan soal perasaan dan segala macam bahan flirting pada Andrea akan membuatnya lelah. Jadi, lebih baik ia membiarkan agar Andrea berkembang sendiri saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Player VS The Playing | TAMAT✔
RomanceMenjadi gadis paling yang tidak menonjol adalah tujuan Andrea. Selama hidupnya, Ibunya tidak suka jika ia berdandan berlebihan memperlihatkan kemolekan. Jadi gadis yang sederhana, adalah poin yang Ibunya ajarkan. Andrea tidak pernah sekalipun mengu...