01.Have We Met?

221 11 0
                                    

Pagi harinya Arvin bergegas menuju sekolah. Lelaki itu pasti akan terlambat. Semalam ia begadang karena ia nongkrong dengan teman-temannya hingga larut malam. Ia sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini.

Arvin melajukan motor yang ia bawa. Tak peduli dengan teriakan orang-orang yang menyuruhnya untuk berhati-hati atau pun yang merasa terganggu. Sesaat sampai disekolah dugaan Arvin benar jika ia terlambat lagi.

"Arvin lagiii yang jadi langganan setia kalo terlambat,"ucap bu imel selaku guru bk sekaligus yang mengurusi siswa-siswi yang terlambat.

"heheh ibu biasa anak muda,"jawab Arvin santai.

"anak muda seperti kamu yang tidak baik dicontoh, bentar lagi kamu naik kelas dua belas kalo seperti ini terus kapan kamu berubahnya Arvin?"tanya bu imel dengan mengebu-ngebu.

"Yaudah sanaa bersihin halaman sekolah, kamu liat disana ada banyak daun yang berguguran,"ucap bu imel sembari menunjukkan kepada Arvin jika lapangan sekolah dipenuhi dedaunan.

"terus nanti bantuin pak rizki bawain bola-bola yang banyak itu ke ruangan penyimpanan,"sambung bu imel.

"siap bu,"balas Arvin lalu melaksanakan hukumannya.

Lelaki itu dengan sukarela mengambil daun-daun kering dan beberapa sampah kecil. Ia sudah terbiasa seperti ini, ia bahkan pernah mendapatkan hukuman yang lebih dari ini.

"kenapa vin? terlambat lagi?"tanya pak rizki selaku guru olahraga.

"emm biasa pak,"jawab Arvin yang terlihat fokus pada hukumannya.

"nanti bantuin bapa bawa bola-bola ini yaa vin,

"siap pak,"

Hampir satu jam arvin membantu membersihkan lapangan sekolah dan membantu pak rizki. Kini lelaki itu terduduk ditengah lapangan. Nampak begitu banyak keringat disekujur badannya. Orang-orang yang melihatnya dengan keadaan seperti itu menatap kagum kearahnya. Terutama gadis-gadis. Arvin sudah biasa dengan hal ini. Lelaki itu hanya cuek dan tak menanggapi apapun.

Saat lelaki itu terlarut dalam pikirannya sesaat kemudian teriakan teman-temannya membuat kembali sadar.

"woiiii arvinnn,"teriak seorang lelaki yang bernama devan.

"langganan setia sii arvin,"sahut doni saat berada didekat arvin.

"ngaca lo don,"sahut kenzio.

"si doni cuma dapet hidayah aja hari ini makanya ngga telat,"sahut devan membuat doni menatap kesal kepadanya.

"lo pada ngga bawain gue minum?"tanya arvin langsung.

"anjirr vin, lo ngga ada manis-manisnya kalo minta,"jawab devan.

"sii arvin mana pernah manis,"sahut doni tak berdosa.

"heh kalian ngga peka emang, temen lagi kecapean ngga dikasih minum,"sahut arvin.

"dihh lo ko jadi sewot, untung kita samperin dari pada engga,"balas kenzio.

"niih, lo liat noh ciwi-ciwi pada natap lo lapar,"ucap doni.

"maklum derita jadi orang ganteng,"jawab arvin santai.

"gantang doang jemput cewe dipanggang,"balas devan.

"hahaha bengek,"balas kenzio ngakak.

"yang lain pada kemana?"tanya arvin.

"itu lagi dikelas kerjain pr untung aja jamkos,"jawab devan.

"kebiasaan,"gumam arvin.

Disisi lain Rayla sedang menyusuri koridor. Gadis itu sedang asik dengan dunianya sendiri. Ia sedang mendengarkan lagu dengan kedua aerphone yang terpasang dikedua telinganya.

ArvinRayla(✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang