Bagian Terakhir
(Yang udah baca, baca ulang ya karna ada tambahan part..)Untuk sebuah rasa bahagia yang datang lagi malam ini ia menundukkan tubuh, bersujud dan tersenyum kecil, damai terus mengiringi hatinya, lalu membuat wanita itu enggan cepat cepat beranjak dari atas sajadah yang membentang.
Bacaan sholatnya lembut sekali, berdirinya tegak dan gerak tubuhnya gemulai, kemudian saat salam terucap bersama tolehan kepala, ia lantas mendongak setelahnya.
Menatap punggung yang kokoh, hingga sang empu berbalik dengan senyum setara lautan, damai namun mampu mengacaukan juga.
Punggung tangan itu ia kecup, lalu tubuhnya secara pasti mendekat, memberi pelukan hangat yang direspon dengan mata melotot hampir keluar.
Kemudian canggung lagi dengan rona yang hampir membakar wajahnya.
"Ngaji yuk.."
"Um!"
Tubuh mungil itu berdiri, menggapai Al Qur'an yang terletak diatas nakas, kemudian kembali dan membukanya bersama sama, saling tatap terjadi sebelum sang lelaki menghampirinya dan duduk begitu dekat, mengecup kening dan menggenggam jemari.
Mulut mereka melantunkan satu demi satu huruf dan mendayunya dengan suara merdu, sesekali mata terbuka untuk melihat tajwid tajwid yang terlupa, tapi kemudian menutup kembali, melatih hafalan.
Damai subuh itu terasa, merasuk hingga ke bagian terdalam, maka tak ada alasan untuk melunturkan senyuman hari ini.
...
Lukman tengah bersiap,
Meski sejatinya labi yang selalu merapihkan pakaiannya, menyetrika, mengancingkan hingga memasang dasi, ia telaten sekali mengingat fakta bahwa ini pertama kalinya ia melakukan itu.Lukman tak segan lagi memberi kecupan di kening setelah sang istri berhasil menyelesaikan pekerjaannya, kemudian senyum malu malu labi lah yang menjadi balasan.
Rupanya seperti ini keindahan hidup pengantin baru,
Walau langit dan bumi sendiri yakin mereka akan begitu seumur hidup.Sebenarnya Lukman tak pernah mau beranjak dari rumah, atau lebih tepatnya dari hadapan wanita itu, mungkin agak naif saat berkata ia pria dewasa yang punya sifat dewasa, kenyataanya ia tetap suka dimanja dan diperhatikan sepanjang waktu.
Labi memberinya semua yang ia butuhkan, bahkan untuk pertama kali selama 40 tahun hidupnya,
Tak ingin membandingkan, hanya memang itu adalah sebuah fakta.Wanita itu sedari tadi menoleh sambil mengganti sprai, atau juga memegangi pinggang dengan ringis kecil, tapi senyum tak pula luntur, begitu memikat dan memanggil jiwa kelakian Lukman.
Orang orang di kantor tempatnya bekerja mungkin akan kagum dan pangling, hari ini penampilannya keren sekali, labi telat menyulap lelaki tua ini menjadi bak pria matang yang masih terlihat jiwa mudanya.
Lalu pula pujian akan dirinya tak pernah sedetikpun Lukman lupakan, wanita itu suka memuji.
"Kang.. kok diem? nanti telat lho.."
Suaranya penuh kelembutan meski ada nada tegas, labi sempat menyeka sisa kopi di sudut bibir lukman, sebelum beranjak membawa pakaian kotor mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
📌 MAKMUM TERBAIK
Fanfiction[END] Apakah makmumnya ini adalah yang terbaik? Atau Tuhan menetapkan yang lain yang lebih indah?