...
"Aih pengantin baru lagi ngapain ini teh.."
"Ina mah.. jangan digituin terus.."
Godaan Ina tak berhenti sejak tadi, sejak melihat labi sibuk menjemur sprai di didepan pesantren,
Gadis jail itu menduga hal yang tidak tidak, meski dielak oleh labi, kenyataanya wajah memerah seolah membenarkan hal 'tidak tidak' itu."Masak masakan spesial buat suami ya?"
Geram bercampur rona malu terlihat jelas, lantas saking lelahnya digoda tanpa henti, kepalanya ia angguk pasti dengan nada bicara dibuat manja.
"Iya atuuh~ teteh mah punya suami emang situ jomblo!"
"Aduh aduh sekarang sombong ya.. hm.. mentang mentang abis malem pertama-"
"Ina!"
"Kok gak pincang teh-"
"Kamu aja sini teteh buat pincang"
"Astaghfirullahhalazim sesama jenis!"
Nafasnya ditarik dalam dalam, istighfarnya dilantunkan begitu keras, kemudian ekspresi geramnya bertambah lagi, sekarang hingga membuat wajahnya bak kepiting rebus, mata labi enggan melirik kearah Ina, tapi gadis itu malah terkekeh jahil, semakin senang membuat si pengantin baru itu memalu.
"Tapi teh-"
"Udah teteh gak mau ngomong sama kamu!"
"Idih ngambek.."
"Bodo!"
"Teh-"
"Sut!"
"Teteh kepo gak si-"
Senandung di bibirnya ia kencangkan, lantas ina tak punya kesempatan untuk melanjutkan ucapan jika ia tak mau membuat dapur riuh.
"Teteh kepo gak kang lukman kok tiba tiba ngelamar? Nikahnya cepet banget lagi.. hayo pasti teteh belum tau"
Meski nampak tak peduli, dalam hatinya juga bertanya, siapa yang tak bingung, pria itu tak pernah menunjukkan ketertarikan lantas tanpa tedeng aling aling melamarnya bak drama Korea.
Pasti sesuatu terjadi tanpa sepengetahuan labi,
Atau lebih tepatnya, hanya labi yang tak tau apa yang terjadi.Ina memberi senyum yang mengatakan sesuatu, labi hafal betul itu, ia tau sesuatu pasti dirahasiakan, meski malas membujuk dan merengeki Ina, ia tetap meminta penjelasan
"Idih katakannya gak mau ngomong sama Ina!"
"Kasih tau gak-"
Kini senandung dengan volume keras itu keluar dari mulut Ina, ia memberi balas dendam yang membuat labi hampir mati penasaran.
...
"Kang?"
Dengan gerak tergesa buku harian itu ditutup, dalam persekian detik mata dua orang tersebut bertemu, mengundang kecanggungan.
"Eh.. ina-"
"Ina mau ngambil baju.. akang udah selesai?"
Seolah tak mengetahui apapun, nyatanya ia justru sudah merapalkan kata kata random dalam hati dengan perasaan tak menentu, apa yang barusan ia lihat tentu ia tau jelas, Lukman baru saja membaca buku harian labi yang penuh dengan 'kata kata menjijikkan' menurut gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
📌 MAKMUM TERBAIK
Fanfic[END] Apakah makmumnya ini adalah yang terbaik? Atau Tuhan menetapkan yang lain yang lebih indah?