2. Kabar Yang Terlewat

2.1K 572 302
                                    







...






"Abi~ kata temen zidan, Sunat tuh sakit tau kayak digigit harimau"

"Gak ada lah, kalo digigit harimau dah mati"

"Tapi gak maaauuu~"

"Kalo gak mau malah digigit harimau beneran nanti"

"Masa iya?!"

"Dih gak percaya, mau digigit harimau?"

Mengukur tingkat keseruan percakapan mereka, adalah dengan bagaimana antusiasnya ekspresi labi terlihat, gadis itu duduk di kursi belakang mobil, sedang dua manusia berbeda usia itu duduk di depan, begitu sibuk dengan percakapan mereka yang terkadang mengundang tawa, meski bibir gadis itu tak bisa sepenuhnya terangkat.

"Tante Tante! Emang kalo gak sunat nanti digigit harimau?"

Lamunannya buyar saat bocah lelaki itu menolehkan kepala kebelakang kursi, lalu ia dapat pula melihat tatapan lukman di kaca spion depan.

"Mana Tante labi tau, dia kan perempuan, lagian sunat juga cuman kayak digigit semut"

"Itunya Zidan pernah digigit semut, sakit abii~"

Tawa berat yang entah kapan terakhir ia dengar itu menggema, labi tak sadar ia tak bisa melepas pandangan dari pria itu sedikit saja, merutuk lagi entah kenapa ia merasa hangat melihat interaksi mereka, pun rasa hangatnya sama besar dengan rasa sesak juga tanda tanya.

Siapa zidan?

Meski panggilan 'abi' sudah bisa memperjelas status mereka.

"Dek.. gimana kabarnya.."

"Y-ya?"

"Ngelamun ya?"

Kekehannya ia buat sedemikian rupa untuk menutupi kecanggungan, lantas dengan senyum manis yang sama seperti dulu ia menjawab.

"Alhamdulillah kang baik, akang gimana?"

"Alhamdulillah baik juga"

"Mba Afidah?"

Dapat ia lihat mata itu melirik kebelakang lagi, lalu senyum terlihat menghangat.

"Afidah Alhamdulillah baik juga.."







...

Sambutan antusias Ina adalah yang pertama ia dapat, lalu ada Zul yang juga nampak terburu buru sekali, kemudian protes labi terdengar melihat Abi ikut menunggu diluar, sedang udara dingin luar biasa.

"Abi~ jangan nungguin diluar, tuh kan kedinginan"

Rengeknya justru dibalas dengan kekeh, Abi tentu bebal, sama bebalnya dengan labi, bagaimana bisa ia hanya duduk di dalam dan menunggu sedang rindu hati begitu menggebu, labi lihat itu dari sorot matanya.

"Udah nungguin tuh dari kemaren!"

"Dasar derhaka kamu labi!"

📌 MAKMUM TERBAIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang