Ada Yang Pergi Ada Yang Datang

2.3K 515 152
                                    

Assalamualaikum

Maaf, gak lagi lagi deh PHP-in kalian gitu, maaf ya suka bikin prank padahal kalian nunggu aku update terus, kalian kesel aku tau kok..

Tapi jangan marah yaa..
Aku gak gitu lagi kok..
Maaf ya..

Dan mau ngasih tau juga, semua visual di ff ini, aku post di ig aja, jadi kalo mau liat cus ke ig aku
@jelyjelysy

Gak bayar kok follownya, gak maksa juga jadi jangan misuh ya.. udah diliat mau di unfol lagi juga gakpapa, guys itu semua hak kalian,

Ok?

Dan makasih banyak juga buat semua yang udah follow aku,
Thanks untuk 6k-nya
Semoga 7k menyusul dengan cepat!

Ok udah ah
Happy reading

...





Degupan jantung seolah bisa saja berhenti kapanpun itu membuat kakinya tak bisa diam, terus berjalan kesana kemari sedang seseorang didalam kamar mandi belum juga keluar sejak 10 menit lalu,

Kemudian gemercik air terdengar beberapa kali dan ia masih menanti kehadirannya, Lukman antusias seketika saat sang istri keluar dengan tiga alat deteksi kehamilan yang ia harapkan membawa kebahagiaan.

"Gimana dek gimana? Coba mas liat-"

Afidah memberikan ketiganya pada sang suami dengan wajah tak bersahabat, lantas saja Lukman menaruh perasaan buruk, kemudian itu benar adanya,

Tak ada yang menampilkan garis dua, bahkan garis dua yang samar pun tak ada,
Artinya negatif,

Jika bertanya siapa yang paling kecewa, tentu Lukman tak akan mengelak, tapi ia masih punya kesabaran penuh untuk menunggu dan bertawakal.

"Yha.. berarti belum rezeki, gakpapa dek-"

Afidah melenggang keluar kamar, lantas Lukman tau apa yang ada didalam hati sang istri,

Menikah cukup lama, menanti momongan adalah hal yang semakin terasa membosankan, bukan tak pernah mereka berada di situasi semacam ini, seolah diberi harapan dan ternyata dijatuhkan rasa kecewa,

Tapi Lukman masih menjadi satu satunya yang bersabar,

Tes ini dan itu sudah pernah dilakukan, memang ini hanya harapan mereka yang belum dikehendaki Tuhan.

"Mau sesuatu gak? mas beliin, bakso? Es dawet ya? Hm?"

Pipi putih itu ia belai perlahan meski Afidah mengelak, ia tau istrinya bukan orang yang bisa menutupi perasaan, kecewa itu terlihat jelas dan sorot matanya nampak muak,

Mungkin didalam hati hanya ada satu pertanyaan yang selalu sama..

'kenapa? Kenapa Allah belum mempercayakannya?'

Menenangkan Afidah lebih dulu sebelum membahas ini lebih lanjut adalah hal yang harus dilakukan, Lukman sudah paham.

"Dek-"

📌 MAKMUM TERBAIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang