Pergi Untuk Bertahan (?)

2K 512 225
                                    








...








Lukman,
Apa dari dirinya yang tak membuat orang terpesona?
Tubuh tegap, dengan senyum bibir plum yang selalu terukir, lantas ada juga suara berat yang selalu menghangatkan hati, sikap diam yang menggugah penasaran, akhlak yang serupa dengan kecakapan fisik.

Labi masih begitu belia saat menaruh rasa padanya, sangat tak pantas untuk mengatakannya meski ia begitu menggebu, mereka bak adik kakak, Lukman yang tenang menjadi pelengkap labi yang sulit diam.

Mereka punya banyak masa dimana saling berbagi cerita, meski jika difikir itu hanya kenangan anak anak, bertumbuh bersama, jadi bagian dari masa kecil, lalu jadi cinta kedua setelah Abi, Lukman hampir membuat labi tak bisa tidur setiap malam dengan pipi merona, ia tau itu berdosa, tapi kadang terlintas begitu saja.

Tahun berlalu, cepat rasanya, Lukman telah tumbuh menjadi pria dewasa, umur mereka yang berjarak hampir 15 tahun itu sedikit banyak mengubah pola kebiasaan, Lukman terkadang canggung saat mengantar labi berdua saja kepasar, atau tak lagi bisa sebebas dulu bercerita ini itu, meski labi masihlah kekanakan.

Labi pernah sekali waktu merajuk hebat saat Lukman akan pergi kuliah keluar kota, dan yang dilakukannya saat itu adalah menelfon Lukman setiap hari, lalu pernah merajuk pula saat Lukman berniat merantau jauh, meski akhirnya gagal entah karna apa.

Orang memandang persaudaraan mereka begitu erat, mungkin tak terfikir lagi sebagai dua insan tak sedarah, tapi atas sikap labi yang demikian ia punya alasan lebih dari sekedar kata 'saudara'.

15 tahun bukan umur yang pantas untuk mengungkapkan ketertarikan pada pria meski labi seperti tak kuat menyimpannya lagi, ia masih anak-anak, ia sadar itu dan lingkungan mengajarkannya untuk memiliki sifat malu, jadi labi berfikir jika ia lebih tua sedikit ia akan mengatakannya tanpa ragu.

Tapi semua tak berjalan sesuai yang ia mau saat Lukman justru telah mendapat tambatan hati, wanita dewasa yang amat bersinar kecantikannya ketika pertama kali ia lihat, wanita yang baru saja menghebohkan satu desa karna kembali dari luar perantauan untuk menyelesaikan tingkat pendidikan yang tinggi, wanita cerdas, wanita idaman banyak pria, Afidah namanya.

Anak pak kades, juga anak dari konglomerat desa yang semua orang pasti kenal,

Labi ada dibalik rak buku besar yang memisah ruang tamu dan bilik dapur saat Lukman membawa Afidah bertemu Abi dan mengutarakan itikat baik, ia ingat sekali apa yang dikatakannya dan ingat pula bagaimana senyuman bahagianya.

"Kyai, saya mau menikahi Afidah.. mohon doa restu, saya mau kyai juga jadi saksi pernikahan"

Tak ada alasan baginya untuk tetap disana, sedang sesak dada begitu menyiksa, labi lari ke kamar lalu mencoba berfikir mungkin saja ini mimpi atau yang lain, atau sesuatu hal buruk yang tak seharusnya ia harapkan terjadi, pernikahan mereka batal misalnya.

Tapi takdir yang maha kuasa kadang kala tak memihak, meski ada yang bisa dimaknai disana, namun labi tak bisa mengerti kenapa semua harus terjadi sedang ia sibuk menangis dan menyimpan sesak ber malam malam,
Tepat saat Lukman mengucap ijab qobul didepan puluhan santri, didepan saksi dan kata sah bergema kuat.

Pria itu telah menjadi suami orang.









...









📌 MAKMUM TERBAIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang