- Pt. 42: New World -

102 10 6
                                    

Setelah pertikaian panjang kami yang sengit. Tiba hari di mana aku akan berada di sekelompok keluarga besar sosialita yang biasanya aku lihat di drama. Karena aku harus tampil glamor dan tampak elegan, maka dari itu aku kembali ke rumah untuk mencari gaun yang bisa aku pakai nanti.

Ya, energiku terbuang sia-sia. Mengingat lemariku tidak memiliki gaun kecuali gaun acara prom party saat SMP. Sudah terlalu kecil di badanku saat ini.

"Eomma!" panggilku sedikit frustasi.

"Wae? Apa sudah ketemu gaunnya?" tanya ibu berjalan dari arah ruang tamu.

"Tidak ada. Sepertinya aku harus membeli gaun." ucapku.

"Kenapa tidak kau ajak Kim Ssobang saja? Aku yakin kau akan mendapat gaun dengan kualitas premium." ujar ibu sambil menaik-turunkan alisnya penuh arti.

Memang dasar ibu sangat menyukai materi dan barang yang berbau mahal. Padahal dengan sisa uang tabunganku, aku masih bisa membeli gaun di toko dekat Hongdae. Sekiranya setengah tabunganku akan terpotong juga.

"Eomma, bisakah tidak usah membahas dia. Aku bisa membeli dengan uangku sendiri." ujarku.

"Apa katamu?! Jangan sampai hasil tabunganmu terkuras hanya demi sebuah gaun. Kau tahu sendiri menghasilkan selembar uang begitu susah. Jangan gegabah! Lebih baik sekarang kau telepon Kim Ssobang dan minta dia menjemputmu." bentak ibu sambil memukul punggungku seperti biasa.

Ya memang ada benarnya jika menghasilkan selembar pecahan uang sangat sulit. Aku harus menghabiskan waktu 2 jam duduk bersila dengan membacakan garis hidup seseorang. Belum lagi jika mereka hanya membayar tidak sesuai jasa yang sudah aku keluarkan.

Tapi, menelepon Taehyung juga bukan persoalan mudah. Perang dingin masih menyelimuti kami. Mana mungkin aku harus kembali meminta sesuatu. 

"Tidak! Aku akan mencari pinjaman uang untuk membeli gaun."

"Jangan mengada-ngada! Hentikan aksi sok jaga image-mu dan segera telepon Kim Ssobang!" paksa ibu.

Berkali-kali aku menolak, berkali-kali pula ribuan perkataan dari ibu keluar. Tapi, aku masih teguh dengan pendirianku. Aku bisa membeli baju sendiri tanpa bantuannya.

"Kalau kau terus bersikap begini biar aku saja yang meneleponnya!" kata ibu yang tampak kehabisan kata-kata dengan sikap keras kepalaku.

Ibu keluar kamar dan langsung dengan cekatan menutup pintu kamarku. Tak lupa dia juga mengunci dengan kunci cadangan agar aku tidak mengganggu misinya. Aku berusaha membuka pintu kamar. Cara apa pun kulakukan. Mulai dari mendobrak, menaik-turunkan gagang pintu sampai mencoba membuka pintu menggunakan penjepit rambutku.

"IBU!! JANGAN COBA-COBA MENELEPONNYA! AKU TIDAK MAU DI ANGGAP PEREMPUAN MURAHAN!" 

Segala bentuk ocehan aku keluarkan untuk mencegah ibu bersikap gegabah. Apa ini? Aku baru saja mendengar suara sok lembut ibu dari balik pintu kamar. Bagus, dia sudah menelepon Taehyung. Aku mengacak rambut kesal dan memilih pasrah.

"AISHHH!" bentakku untuk terakhir kalinya.

Krek~

Tak lama suara pintu terbuka terdengar. Ibu membuka pintu dengan wajah datar lalu menyuruhku keluar dari kamar. Ada apa dengan wajahnya? Tampak berbeda saat awal memintaku menelepon menantu kesayangannya itu. 

Wajahku yang awalnya memerah karena menahan amarah, perlahan-lahan berubah menjadi datar dan cenderung keheranan dengan raut muka ibu yang berubah drastis. 

"Keluar." katanya.

Aku menurutinya untuk keluar kamar terlebih dulu. Suasana seketika kembali dingin. Tidak sepanas tadi. Aku hilang kata-kata melihat wajah ibu yang masih tidak bisa ditebak.

WHAT IS LOVE? 2 [CLOOUDYSKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang