Kenzo POV
Suasana rumah sakit selalu membuatku tidak betah. Wewangian obat membuat indera penciumanku gatal.
Kakek terlelap tak lama setelah perawat mengganti selang infus dengan yang baru. Ibuku sibuk membereskan pakaian milik kakek. Sedangkan aku hanya terdiam, menatap keluar jendela kamar.
Ah, membosankan sekali.
Aku bangkit dari duduk, kemudian berjalan mendekati pintu. Ketika ibu mananyakan kemana aku akan pergi, aku hanya berasalan ingin menyeruput segelas kopi hangat di kantin rumah sakit.
Aku bergegas masuk lift dan menekan tombol untuk lantai satu. Sebenarnya aku bisa saja menggunakan tangga, mengingat kamar kakek hanya berada satu lantai di atasnya. Namun, aku terlalu malas untuk melangkah.
What a lazy day.
Aku sengaja memilih spot tempat duduk di dekat jendela. Aku butuh udara segar untuk mengatasi mual akibat wewangian obat. Tidak pernah terpikirkan olehku akan melihat gadis itu. Gadis membosankan bernama Jozi. Sedang apa dia di sini?
Seperti biasa, gadis itu tampak misterius. Raut wajah datar dengan mata hitam berkantung. Rambutnya yang dikuncir ke belakang tampak sedikit berantakan. Penampilannya kacau seperti biasa.
Aku melirik jam tangan, pukul sepuluh malam. Sepertinya aku harus segera kembali ke kamar. Namun langkahku terhenti ketika mendengar suara aneh.
Aku berbalik badan, suara itu sepertinya dari luar. Di sana aku tak melihat apa pun. Kosong. Tunggu dulu, kenapa aku tak melihat si kacang? Padahal beberapa detik yang lalu dia ada sana kan?
Ada yang janggal.
Instingku mengatakan untuk mengecek keadaan di luar sana.
Benar saja. Kulihat bayangan mencurigakan di tengah kegelapan.
Aku berteriak memanggil orang itu.Saat itu juga mataku bertemu dengan mata si kacang. Rupanya kecurigaanku benar, orang ini mengincar Jozi.
Dasar bodoh. Apa tidak ada mangsa yang lebih menarik? Kenapa harus gadis bodoh seperti si kacang? Penculikan yang payah dan sia-sia.
Aku jadi berpikir, sepertinya satu tinju tidak cukup untuk membenahi otak pelaku yang sekarat.
Namun ada hal yang membuatku lebih terkejut, yaitu kemampuan bela diri si kacang. Entah dari mana dia belajar teknik itu, gerakannya benar-benar cepat. Tubuhnya yang mungil sangat kontra dengan tenaga dalamnya.
Hoho. Tidak. Aku tidak terpesona.
Setidaknya aku tahu si kacang punya kelebihan selain menjadi manusia apatis garis keras.
Usai serangan cepat dari Jozi, sang pelaku langsung jatuh.
Tentu saja aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini. Kukumpulkan semua kekuatan, dan satu pukulan keras menghantam wajah sang pelaku.
"Ah... kau harus bertanggung jawab telah mengotori tanganku" ucapku selagi berjongkok di hadapan pelaku.
*****
JOZI POV
Setelah melewati rangkaian proses, sang pelaku akhirnya diserahkan pada pihak keamanan rumah sakit. Ah.. Hari ini melelahkan sekali, kepalaku sampai sakit.
Aku melirik arloji, pukul setengah sebelas malam. Astaga, aku harus segera menemui ayah. Aku berbalik dan 'dang!'. Kepalaku seperti dihantam batu raksasa. Seketika pandanganku menjadi kabur. Tubuhku mulai kehilangan keseimbangan.
"Hei, kau baik-baik saja?" sebuah tangan menahan tubuhku agar tidak roboh. Aku melirik sekilas, rupanya tangan besar dan kuat itu adalah milik Kenzo.
Hah... Daripada kelelahan, aku terlihat seperti orang mabuk sempoyongan. Kenapa juga aku harus terlihat menyedihkan seperti ini. Terlebih di hadapan musuh terbesarku, Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ME, TO YOU
General Fiction'Masih adakah tempat untukku di sini?' -Jozi Askara Ini adalah kisah yang teramat biasa, tentang seorang gadis berusia 17 tahun dan 'musuh' terbesar dalam hidupnya.