Kenzo POV
Si kacang berjalan cepat sekali. Tubuhnya mungil, tapi geraknya gesit bak seorang atlet. Aku hampir saja kehilangan dia di keramaian.
Tenda-tenda penjual berdiri di sepanjang trotoar jalan, orang-orang berlalu lalang layaknya kerumunan semut. Festival baru akan dibuka sore ini, namun antusias orang-orang sangatlah tinggi. Maksudnya, lihatlah pemandangan ini! Jam masih menunjukkan pukul dua siang dan lautan manusia sudah bergerumul di sini!
Jujur saja, kepalaku pusing melihat banyak orang. Tapi aku sudah terjebur ke dalam air, tidak mungkin aku keluar dalam keadaan kering.
Aku terpaksa berdesakan, berebut jalan dengan orang lain. Tak jarang aku tersandung atau mendapat tatapan sinis dari orang yang tak sengaja kutabrak.
Jarakku dengan si kacang semakin dekat, aku berada sepuluh meter di belakangnya. Dia pasti tidak akan pernah menyangka aku mengikutinya seperti ini.
Tunggu dulu.. sepertinya ada yang salah. Aku tidak mengikutinya, aku hanya ingin meminta maaf padanya. Itu saja. Setelah ini aku akan kembali ke sekolah dan menggiring bola seperti sepuluh menit yang lalu.
Jarakku makin dekat, sekitar lima meter. Saat itu aku hendak memanggil nama si kacang, namun upayaku terelakkan ketika aku melihat si kacang berhenti dan memanggil nama sorang gadis remaja.
Remaja itu tinggi, cantik, berkulit putih layaknya bengkoang, dan rambut panjangnya ia gerai ke belakang. Tapi melihat dari seragam yang ia kenakan, sepertinya ia masih SMP.
"Vory!?" panggil si kacang dalam keramaian.
Gadis bernama Vory itu menoleh setelah diberitahu salah seorang temannya. Wajahnya berubah panik ketika melihat si kacang. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku memutuskan untuk memantaunya saja.
"Kau mengambil uang tabunganku untuk membeli barang-barang tidak berguna itu?!" ucap si kacang geram. Tangannya menunjuk ke arah kardus belanjaan sang gadis. Sepertinya dia baru saja belanja make up dan gaun mahal (melihat dari merek yang tertera pada kardus pembungkus).
Aku mengernyit. Tunggu dulu, jadi gadis bernama Vory ini adalah pencuri?
"Sialan. Ayo kita pergi!" ujar Vory sambil menarik lengan temannya meninggalkan si kacang.
Tak tinggal diam, si kacang mengejarnya, dan meneriakkan sumpah serapah di punggung gadis bernama Vory itu.
"Kau! Kembalikan uangku! Dasar pencuri!"
"Sialan. Apa maksudmu bicara begitu!?"
"Jangan berlagak bodoh. Aku tahu kau mencurinya! Dasar adik sialan!"
"Hah? Jadi dia kakakmu?" tanya sahabat Vory tidak percaya.
"Tidak! Dia bukan kakakku! Dia hanya orang gila yang terus mengganggu hidupku!"Wow. Jadi gadis SMP ini adalah adik dari si kacang?
Jujur saja, aku terkejut mengetahui mereka memiliki ikatan darah, maksudku, keduanya sama sekali tidak mirip!
Jozi memiliki mata yang besar, kulit sawo matang, dan tubuh yang pendek. Sementara adiknya ini bermata sipit, kulit putih, dan tubuh tinggi semampai.
Perbedaan keduanya seratus delapan puluh derajat!
"Sialan! Kubilang kembalikan uangku!"
Si kacang tampak murka, tangannya menahan sang adik agar tidak pergi. Tak ayal adu mulut ini memicu perhatian orang-orang sekitar.
"Lepaskan tangan kotormu itu!"
Adik si kacang tak kalah muak, dia mendorong tubuh kecil Jozi ke belakang. Jozi jatuh menghantam trotoar. Karena keadaan saat itu ramai, jari tangan Jozi tidak sengaja terijak kaki orang yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ME, TO YOU
General Fiction'Masih adakah tempat untukku di sini?' -Jozi Askara Ini adalah kisah yang teramat biasa, tentang seorang gadis berusia 17 tahun dan 'musuh' terbesar dalam hidupnya.