Kenzo POV.
Saat itu hujan deras, matahari perlahan mulai tenggelam di ufuk barat. Aku menatap keluar kaca mobil selagi mendengarkan obrolan ibuku seputar kuliner. Kami sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Belum lama ini penyakit kakek kambuh lagi.
Mataku memperhatikan lalu lalang orang-orang yang berjalan di trotoar. Di tengah hujan begini masih ada saja yang memilih jalan kaki. Well, aku tahu kau bisa menggunakan payung atau pun mantel, namun tetap saja, itu merepotkan.
Dan lagi. Aku melihat gadis membosankan itu. Jozi. Di tengah hujan deras begini, dia berlari tanpa perlindungan sama sekali. Apa dia sudah gila?
Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi gadis itu benar-benar mengganggu pikiranku. Maksudku, tidak ada definisi 'normal' dalam dirinya. Sebenarnya dia waras tidak sih? Atau malah kelewat bodoh? Entahlah, aku kehabisan akal.
Ibuku sepertinya juga melihat Jozi, dia mendesah panjang.
"Kasian sekali gadis itu, sepertinya dia sedang ada masalah"Selama ini aku selalu bertanya-tanya, kenapa aku selalu gelisah setiap melihat si kacang. Aku tidak pernah menemukan jawabannya hingga detik ini. Namun setelah mendengar perkataan ibuku, rasa ingin tahuku menjadi. Aku penasaran, rahasia besar apa yang disembunyikan gadis bernama Jozi itu.
*****
Jozi POV.
Sudah dua hari. Sudah dua hari aku tidak bisa tidur. Mata pandaku semakin parah, ralat, aku sudah mirip monster daripada panda. Suasana rumah sakit sangat tidak cocok untukku. Kondisi ayah sudah membaik, untung dokter sudah memperbolehkan ayah pulang besok. Aku lelah sekali, aku harus sekolah, bekerja, mengurus ayah, belum lagi aku harus mendengar celotehan ayah perkara mobilnya yang ringsek.
Mataku tidak sanggup lagi menahannya, sepertinya aku akan tertidur. Saat ini aku berada di dalam kelas, mendengarkan penjelasan Mrs. Alana tentang sejarah kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Suara Mrs. Alana yang lantang memenuhi kelas ini, namun entah apa yang terjadi, aku merasa suara itu semakin rendah dan rendah hingga pada akhirnya aku tidak dapat mendengarnya lagi. Semuanya gelap. Tanpa kusadari aku sudah jatuh ke alam bawah sadar, aku tertidur pulas.
Aku tergeragap di tempat begitu merasakan ada benda yang menghantam kepalaku. Aku mengedipkan mata berulang kali. Aku terkejut, semua mata tertuju padaku. Beberapa di antara mereka menertawakanku. Sial, aku ketiduran di kelas. Ah....
"Saya sudah pernah bilang, kalau kalian hanya ingin tidur di kelas saya, lebih baik kalian keluar" tegas Mrs. Alana kepada seluruh murid di kelas. Aku menunduk seraya meminta maaf kepada Mrs. Alana, dengan ketus ia menyuruhku ke kamar mandi untuk membasuh muka. Aku hanya mengangguk mengikuti perintahnya.
Aki membasuh mukaku dengan air. Segar sekali rasanya. Aku menatap bayanganku di cermin kamar mandi. Penampilanku.... Benar-benar buruk.
******
Petra POV.
Saat itu kelas Sejarah sedang berlangsung, aku tidak sengaja melirik ke kursi di samping kiriku. Gadis bernama Jozi itu sedang tertidur pulas. Lingkaran hitam terlihat jelas sekali, begitupun dengan kantung matanya. Keduanya lebih parah daripada sebelumnya. Sebenarnya apa yang dilakukan Jozi hingga kondisinya seperti itu?
Saat itu aku berniat membangunkannya karena Mrs. Alana sempat melirik ke arah kami. Sayangnya kapur yang ada di tangan Mrs. Alana sudah melayang lebih dulu hingga menghantam puncak kepala Jozi.
Jozi tersentak di tempatnya, atas perintah Mrs. Alana dia segera menuju kamar mandi untuk membasuh muka.
Kupandangi meja milik Jozi, di sana aku melihat goresan gambar yang sangat indah. Rupanya gadis itu jago menggambar. Perhatianku jatuh ke objek di bawah mejanya, di sana ada baju-baju yang terbungkus tas kecil. Sepertinya Jozi lupa menutup resleting tasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ME, TO YOU
General Fiction'Masih adakah tempat untukku di sini?' -Jozi Askara Ini adalah kisah yang teramat biasa, tentang seorang gadis berusia 17 tahun dan 'musuh' terbesar dalam hidupnya.