28

4K 388 34
                                    

Setelah menidurkan TaeHyun di Box bayi, Taehyung menyusul Irene yang sesang asik menonton acara televisi sambil memeluk toples kaca berisikan keripik kentang.




"Ma, Aku ingin mengatakan sesuatu." Ucap Taehyung yang kini sudah duduk di samping Irene.




"Hm? Soal apa?"




"A-aku ingin ikut bekerja paruh waktu dengan Ten."




Irene menoleh pada Taehyung dengan wajahnya yang berubah menjadi datar. Ketara sekali dia tidak suka.




"A-aku hanya ingin punya uang sendiri. Aku ingin membawa kau dan TaeHyun jalan-jalan dengan uang hasil keringatku. Iya benar begitu."




Hati Irene menghangat mendengar alasan Taehyung. Sangat manis. Perlahan Irene tersenyum lalu mengangguk membuat Taehyung tersenyum lebar bahkan bertepuk tangan layaknya bocah yang dapat ijin makan coklat.




"Gomawo! Aku kan segera menghubungi Ten." Ujar Taehyung tak bisa menutupi rasa senangnya. Membuat Irene memekik gemas bahkan tetap menatap Taehyung yang berlari kecil menuju kamar.


























Irene melirik pada jam dinding ruang tengah, 23.00 SST. Segera ia mematikan televisi dan lampu ruang tengah yang masih menyala.



Irene membuka perlahan pintu kamarnya. Terlihat Taehyung yang terlelap begitu damai memeluk guling. Irene mengambil sesuatu didalam laci meja riasnya sebelum turut naik ke atas ranjang.




"Saatnya minum obat, sayang." Lirih Irene lalu mendekatkan sesuatu yang diambilnya tadi dari laci ke leher Taehyung. Sebuah alat suntik.





Perlahan tapi pasti Irene menancapkan jarum suntik pada leher jenjang Taehyung hingga membuat Taehyung menjerit pelan namun kemudian kembali tidur tenang.





Irene tersenyum lalu membelai pipi gembil Taehyung begitu lembut seakan mengelus benda yang begitu rapuh.





"Kau terlalu indah untuk orang lain sayang. Kau milikku, Bae Irene. Takdirmu bukan menjadi uke si Jeon itu tapi jadi suamiku. Selamat tidur Bae Taehyung." Ucap Irene lalu terkikik sebelum mencabut jarum suntik dari leher Taehyung.













🐌🐌🐌







Jungkook sudah berjalan sekitar satu jam lalu menyelusuri kawasan Rochor. Rasanya kakinya hampir kebas. Sialnya dia tak juga menemukan siluet sosok yang dicarinya.




Menurut informasi anak buah sang Appa, Taehyung pernah terlihat dikawasan Rochor namun sayangnya mereka kehilangan jejak karena saat itu banyak orang berlalulalang.






"Permisi. Boleh aku menanyakan sesuatu?" Tanya Jungkook pada kasir minimarket. Karena haus Jungkook memutuskan untuk membeli minum disalah satu minimarket yang kebetulan ia lewati.






"Ya tentu. Ada yang bisa kami bantu Tuan?" Jawab kasir tersebut ramah.






"Apa kau pernah melihat orang ini?" Tanya Jungkook lagi sambil melihatkan layar ponselnya yang menampilkan foto Taehyung.







"Ah Tuan Kim. Dia beberapa kali mampir kesini untuk membeli susu anaknya."





"A-anak?"





"Ya! Tuan Kim memiliki seorang putra dan sangat tampan. Maaf Anda siapanya Tuan Kim?" Kasir itu menatap Jungkook penuh tanya. Tampilan Jungkook terlihat sedikit mencurigakan karena memakai setelan serba hitam dengan topi dan masker berwarna senada. Penampilan penyamaran Jungkook terlalu mencolok di negara itu.






"Aku adalah keluarganya dari Korea. Bisakah kau membatuku memberikan alamat rumahnya"






"Maaf Tuan tapi aku benar-benar tidak tau rumah Tuan Kim. Yang ku tau dia tinggal di salah satu apartemen sekitar sini."







Jungkook mengeluarkan beberapa lembar dollar lalu menaruhnya di atas meja kasir dan bergegas pergi dengan sebotol soda ditangannya.






"Hei Tuan uangmu kelebihan banyak!"




























Jungkook duduk disebuah ayunan taman yang sudah sangat sepi mengingat ini sudah pukul sebelas malam. Merogoh ponsel disaku celana lalu menekan nomer 2 pada keypad.






"Hallo Appa. Aku akan segera menemukannya. Kamsahamida Appa."






















Tbc

YOU (KOOKTAE/KOOKV) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang