D A R E - 1

66 19 16
                                    

Kantin, adalah tujuan utama setelah mendengar bel jam istirahat berkumandang.

Kantin pula terkadang menjadi tempat menghabiskan uang saku secara suka-suka, hanya dengar melihatkan makanan kantin.

Tidak hanya itu, terkadang saat istirahat tiba, mereka hanya memilih berkumpul dengan teman-teman beda kelas. Tidak sedikit pula para cewek membawa bekal sendiri, dan berbagi dengan teman lain.

Begitu juga dengan Cakra, memanfaatkan waktu membolos hingga bel istirahat berkumandang. Saat ini, ia dapat memperlihatkan para murid SMA Pamuel saling berdesakan disaat Cakra kini menghirup aroma kopi dengan santai, di salah satu pojok meja kantin.

Tatapannya sedikit beralih ketika memperhatikan salah satu siswi dari banyaknya siswi SMA Pamuel berdesakan.

"Cak, dede Michele lagi seorang diri!" Andre bersiul ringan memperhatikan siswi yang hampir menjadi daya tarik mereka bertiga saat ini.

Sebelum Andre memberitaukannya, Cakra terlebih dahulu mengetahui keberadaan Michele, hanya saja tertutup gengsi. "Terus mau diapain, bambank?!"

"Cepekate!" Pram memutar bola mata malas mengigit tahu bulatnya terasa empuk. "Inget dare, 'kan lo? Hahaha."

"Sial!"

Pram tertawa renyah, hinga tahu bulat yang sedang dikunyahnya hampir muncul kembali ke permukaan tanpa sengaja.

"Annoying! Jyjik!"

Meski pada akhirnya, Cakra bergegas mengarah ke gadis itu. Tidak sampai di tengah perjalanan, Cakra terhalang dengan siswi lain berusaha mencuri perhatiannya.

"Kamu kok gak jemput aku sih," decaknya merengek meraih tangan Cakra.

Dengan spontan, Cakra menyembunyikan tangannya. Gadis itu adalah salah satu cewek dari banyaknya gadis yang berusaha mendekatinya. Selagi memperhatikan keberadaan Michele akan beranjak pergi membuat Cakra mengeram kesal, "Mingir gak lo, gue mau lewat!"

"Lo sendiri, 'kan? Bambank Cakra lagi sibuk, mending Neng Auste sama kita aja," goda Andre dengan gaya preman pasar pengoda janda kembang.

Cakra sempat tertawa dikarenakan kedua temannya itu tidak jauh berbeda. Ia melanjutkan langkahnya menghampiri Michele.

Dari sana, Michele tidak sengaja memperhatikan Cakra dengan sikap Auste terbilang agresif.

Begitu juga dengan Michele, segera keluar dari kantin mengisi cacing di perutnya sedari tadi meminta demo.

Tatapan mereka tidak sengaja bertemu, buru-buru Michele terlebih dahulu mengalihkan arah.

Raka kembali pada posisinya disambut dengan ekspresi kedua teman biang keroknya mengajuhkan beberapa pertanyaan melalui bahasa isyarat ekspresi.

"Dia ningalin gue."

"Sebelum bertarung, lo udah kalah Cak," balas Prem. "Udah ah, lo kejar lagi, dong."

"Buat apa sih, anying." Cakra memutar bola malas sedikit kesal dengan permainan kedua temannya itu.

Pram dan Andre saling memberikan isyarat terlebih dahulu sebelum Pram berujar, "Kita bahas entaran."

"By ...."

Andre menghalangi langkah Auste hampir mengikuti langkah Cakra yang mengikuti permainan mereka.

Kedua lelaki itu saling memberi isyarat mengatakan bahwa semua harus berjalan dengan lancar.

***

"Michele!"

Cakra mengejar langkah gadis itu, hingga mensejajarkan posisinya. Entah kenapa, tindakannya kali ini diluar perkirannya.

Tingkah bangsat kedua teman biang keroknya itu dengan alibi permainan 'dare, or dare' itu membuat Cakra berada di posisi saat ini.

Rupanya gadis itu--satu-satunya gadis yang pernah dekat dengannya kini menatapnya acuh tak acuh. Cakra menghibas pandangan gadis itu sedikit mencairkan suasana.

"Bilang aja, kalau gue ganteng." Cakra menaikan alisnya terlihat percaya diri.

Membuat Michele berfikir seorang lelaki tidak jauh dari arahnya itu tidak mempunyai rasa bersalah maupun rasa malu sedikit dengan tampang baja playboy cap buyung upik. Michele pun memilih meninggalkannya tanpa sekata pun.

Cakra akhirnya menyusulnya langkahnya. Menghalangi langkah gadis itu. Berdiri dihadapan Michele dengan raut wajah yang Michele sulit artikan.

"Chele! Lo marah? Lo jauhin gue?"

Entah apa, maksudnya hari ini, Michele belum mengerti. Mengingat luka yang diberi lelaki brengsek itu belum sepenuhnya membaik. Dan hari ini ... Cakra bersikap seolah semua baik-baik saja?

Hm, atau ... Michele sendiri merasa berlebihan?

"Gue cuma bersikap, apa yang seharusnya gue lakuin."

***

That should be me, holdin your hand.

That should be me, makin you laugh.

Cakra melepas handsfree, dengan menganti playlist pengantar tidur siangnya.

Bola matanya, tidak sengaja mengarah ke Michele sejenak, sebelum mereka dari mereka memergoki.

Cakra tidak mengerti cara memputuskan dengan baik tanpa melukai salah satu dari mereka. Cakra hanya berharap keputusan yang diambilnya tidak membuat luka.

Nyatanya, sampai disini Michele-lah yang berusaha menahan luka. Sebagaimana, seharusnya perasaan salah satu atau dari kedua pihak tidak terlalu saling menjerumuskan.

****

pa kabar Michele?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pa kabar Michele?

Pa kabar Cakra?

eh smoga perasaan mereka,
tetep tatak sekuat baja ya!😚

ini chapter pertama, huh gimana??

diKit banget, setengah kata doang,
next di chapter selanjutnya, yaps!

Dare, or dareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang