D A R E - 16

69 33 164
                                    

Sepulang sekolah kedatangan Cakra dan Michele disambut dengan Anjani dan Abraham--tidak lain sang mertua Cakra, jika suatu hari takdir mempersatukannya dengan gadis itu.

Michele pun memeluk kedua orang tuanya yang kini telah berada di ruang makan masih mengenakan seragam kantor. Disana ada Vino, abang bangsatnya yang sedari menatapnya intens.

"Ma! Pa! Itu pacar Michele!" aduh Vino dengan metode mulut cewek yang selalu mengibarkan perseteruan.

Abraham pun sedikit melonggarkan dasinya mempertegas rahang dengan menatap seorang lelaki berusia semuran dengan putri bungsunya yang ia yakini seperti yang dikatakan Vino.

"Kamu punya pacar, Chele? Kok ga bilang ke Papa?" Abraham mengangkat alis beralih mengintrupsi keadaan beralih ke arah Cakra. "Oh! Jadi kamu? Sini! Makan bareng kami."

"Masih bocil udah pacar-pacaran! Sekolah sana yang pinters." Vino berdehem masih dengan ekor mata memperhatikan langkah gerak-gerik Cakra.

Disana Anjani--Mama dari kedua adik-kakak itu pun segera mengentikan ulah putra sulungnya. "Kamu masih jomblo, Bang? Dikalahin sama adiknya, dong?" goda Anjani berhasil menggoda putra sulungnya menjadikan wajahnya memerah tomat, menahan malu. Itu seperti tomat yang selalu ia masak. Mengemaskan.

Michele mengangguk membenarkan. "Iya tuh, Ma. Padahal di Lenald High, 'kan cewek-ceweknya lebih cantik ya, apalagi kalau abang ke sekolahan Michele, banyak cewek yang godain. Hfttt."

Mereka pun tertawa gemash dengan tingkah Michele yang mengadu dengan memanyunkan bibir. Sekarang, Vino-lah merasa tersudutkan.

"Emang Abang kamu sok jual mahal."

"T-tapi .... Abang yang nyuruh Michele buat sok jual mahal."

Kalimat itu terputus, ketika abang bangsatnya itu  memotong perkataannya. Menatapnya dengan tatapan tajam.

Mendadak suasana menjadi hening. Mau tidak mau, Cakra menerima ajakan untuk makan malam sejenak.    Disana--di ruang tamu tidak jauh dengan arah ruang makan. Mungkin saat ini Abraham dan Anjani, yang masih melanjutkan makan malamnya di meja makan. Ketiga anak-anak itu memilih makan di meja ruang tamu. Katanya membuat pembicaraaan mereka lebih terbuka.

Vino kini mengibarkan bendera perang kepada Cakra dengan berisyarat, "Tatap mata gue?" Tunjuknya dengan menunjuk mata mereka dengan kedua jari. "Inget ya. lo harus ngelakahin gue! Lo harus tau ketika nyakitin Michele, lihat aja lo berurusan sama siapa."

Cakra mengacungkan jempol. Terkadang saudara lah saling melindungi, meski diiringi dengan seberapa sering pertengkaran terjadi.

"Selama lo jadi calon kakak ipar, gue harus ngehormati lo dong!" Raka berseru berandai berhormat kepada Vino

***

Seusai mereka makan malam, Michele dan Cakra beriringan menuju keluar rumah selagi memperlihatkan dan mengantar para tamu keluar dari area kediamannya.

Cakra bersyukur, setidaknya ia diberi kesempatan itu lagi. "Chele. Thanks! Karena lo udah ngasih kesempatan itu lagi."

Entah bagaimana ekspresi gadis itu yang mendengar tuntunan suara serak lembut dari Cakra, Michele tidak meresponnya. Namun dari dalam hati, gadis itu tersenyum tanpa diketahuinya.

Disaat Cakra memasuki mobil, Michele pun melambaikan tangan menutup pintu pagar kembali, seusai mengucapkan berhati-hati.

"Good night."

Itulah gombalan Cakra terakhir kali untuk pertemuan mereka hari ini. Sebenarnya bukan  menjadi akhir. Di pesan pula, lelaki itu kini mengatakan hal yang sama.

From: Cakra
Good Night💚
now.

Yah. Itulah pesan yang barusaja dikirim olehnya.

To: Cakra
pulang hati-hati. By!
Gue mau bobok cantik

Setelah mengetikkan kalimat itu, Michele memasuki kediaman rumahnya kembali, dan kini gadis itu menjadi sorot tontonan Anjani dan Abraham--kedua orang tuanya. Begitu juga dengan Vino--abang bangsatnya yang tidak akan berhenti mengomentarinya.

"Ya, deh! Lagi kasmaraan!" celatuk Vino memperlihatkam tingkah adiknya yang sedaritadi masih dengan ekspresi bahagia.

Michele pun segera berlarian memeluk Anjani menengelamkan wajahnya dari tatapan intens Vino.

"Ciee, anak Mama uda gede." Anjani tertawa kecil memperlihatkan tingkah Michele. Sedikit lucu, dikarenakan gadis itu untuk pertama kalinya sebuah pengakuan tentang boysfriends dengan memperkenalkan ke mereka secara langsung.

"Iya. Udah gede, Ma. Udah tau cinta monyet," balas Abraham tidak sebanding dengan ekpresi tegasnya ketika berhadapan dengan keluarganya.

"Cinta aku tuh gak pernah kayak monyet, Pa! Uauaa ...."

Di sisi lain, Cakra masih mengemudi mobilnya keluar dari perumahan kompleks rumah Michele. Entah bagaimana deskripsi tentang perasaannya saat ini sepanjang mengemudi ia bahkan berulang kali tersenyum.

"Gue yang selalu kesempatan, bukan berarti gue selalu tunduk ke lo."

***

ga sesuai ekspetasi banget hihii rencananya nyelesein sblm deadline wkwk eh gapa ding, ini udah setengah meskipun rada bulet kayak benang tak berwujud😂 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ga sesuai ekspetasi banget hihii
rencananya nyelesein sblm deadline wkwk
eh gapa ding, ini udah setengah
meskipun rada bulet kayak benang tak berwujud😂 

thanks 16 chapter😙
aku rada mulai mager sampai sini ekwk
jgn hilang jejak kek doi yaww!

nunggu author upadate, gak kayak nungu kepastian dari doi kok😹 canda doiii

salam sayang,
Agnes💛

Dare, or dareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang