D A R E - 17

71 39 248
                                    

Cakra menghentikan mobilnya di kediaman rumah bercorak papan catur. Dari sana si pemilik rumah melambaikan tangan menyambut kedatangannya dari taman depan rumah dengan mengelar karpet, yang kini menjadi tempat bersandar Andre.

Setelah mendapat pesan dari Andre yang mengatakan bahwa lelaki itu berada di kediaman rumah Pram, Cakra kini pun bergabung dengan mereka. Selagi membuat kerusuhan, ia menendang karpet yang digunakan Andre mensejajarkan tubuhnya terlentang. 

"Dateng-dateng ngajak ribut nih bocah!" Andre bangkit dari posisnya meneguk lemon tea, yang ditambahkan dengan es kristal. 

Pram, si pemilik rumah tidak memperdulikan dengan keributan kedua temannya. Ia sibuk dengan pangangannya yang kini mulai tercium lezat.

"Beruntungnya gue disini. Dusta mana yang kau dustakan," celatuk Cakra mendramilisir keadaan. Mengendus aroma osis dan daging bakar yang kini Pram pangang menciptakan aroma lezat. 

Tidak jauh dengan pangangan Pram, disana telah tersedia steak kentang lengkap dengan bumbu saos, dan mayones.

Pram menjitak Andre dikarenakan mencicipi masakannya terlebih dahulu. 

"Eh. Ampun! Cheff Pram." Andre mengaruk kepalanya yang tidak gatal menyengir kuda. "Kenapa lo ga nyuruh asisten rumah tangga sih? Masak tuh di dapur. Kalau disini sampai depan aroma masakan lo buat ngiler orang lewat, Pram."

"Diem, atau gak dapet bagaian?"

Detik itu juga, Pram memilih menutup mulutnya kembali bersantai di atas karpet. Memilih mengajak Cakra berdebat.

"Dari mana lo, hekm?" Andre berpura-pura berdehem dengan meneguk lemon tea dinginnnya. Dilihatnya penampilan Cakra terlihat rapi--tidak seperti biasanya yang hanya mengenakan kaos oblong. "Gue tebak habis ketemu camer?" dengan mengendus aroma farfum menyengat di tubuh lawan bicaranya.

"Camer, pale lu!" Cakra menjitak Andre meringis. "Gue habis anterin Michele pulang."

"Kalo gak camer, apa bambank?!" tengik Andre mendengus kesal. "Sial! Lo udah di buat serius sama Michele!" Andre berseru.

Tampa disadari, kalimat itu membuat Pram melirik diam-diam salah satu dari teman laknatnya yang kini sibuk berdebat.

Ohiya, Pram adalah anak tungal. Tidak jarang kesendirian di kediaman rumahnya membuatnya mempelajari olahan masakan yang di tampilkan dengan tutorial youtube untuk pemula. 

Tidak lama, hidangan mereka telah siap. Seoalah pesta BBQ makan jalan, Pram memilih untuk membiarkan kedua temannya itu mengambil makanan sendiri meski dalam mangkuk berukuran jumbo sekalipun.

"Delicious so you are," puji Pram memuji masakannya.

"Bentar-bentar? Lo muji gue atau muji masakan gue?" tanya Pram balik.

Andre yang tidak paham perkataan lelaki itu mengerutkan kening selagi menguyah tak beraturan.

"Lo ngetranslate dimana, bwang?" tanya Cakra mengelengkan kepala heran. Seharusnya ia hanya mengatakan 'delicious' sebagai memuji masakan. 

"U-Dictonary," jawab Andre menunjukkan aplikasi ponselnya. Tidak jarang pula ia menscane soal bahasa inggrisnya.

"Pantes, nilai bahasa inggris lo lebih spetakuler dari gue," balas Cakra mengangguk lalu beralih menatap Pram mengomentari masakannnya, "Menurut gue enggak enak, Bro! Kurang porsi."

Di tengah pembicaraan mereka, Pram menunjukkan sebuah tiket sebagai bonus makanan gratis darinya.

"Ini penerbangan ke bandara Paris-Charles de Gaulle. Tepat seusai ujian akhir sekolah." Pram memberikan kepada kedua temannya sesuai janji yang mereka sepakati, "Gue nempatin janji karena lo berhasil jalani dare dari kita, Bro!" Pram menepuk pundak Cakra memberi selamat. 

Dare, or dareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang