D A R E - 19

18 5 5
                                    

Uknown Number
Hari ini hari terakhir Mama di Indonesia
-Read

Uknown Number
Mama pingin makan siang bareng kamu:(
-Just now

Fokus Cakra teralihkan dengan pesan yang barusaja masuk di ponselnya. Lelaki itu tiba-tiba bangkit dari posisi tidur terlentang di pangkuan Michile, meraih kunci mobil tidak jauh dari arahnya.

"Chele. Gue harus kembali," gercap Cakra terlihat terburu-buru.

Sebelum Michele mengiyakan, lelaki itu terlebih dahulu meninggalkan gadis itu di perpustakaan kota. Michele hanya menerjap memperlihatkan pungung lelaki itu dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Belahan mulai terjauh hingga tidak terlihat di sepanjang pengelihatannya.

Disana, Cakra mengetikan sesuatu menyatakan keberadaannya untuk bertemu di restoran terdekat.

Meski Zahra, telah menjadi seorang ibu. Perempuan berkepala tiga itu tetap mendahulukan fashionista dengan ala trend terbaru. Itulah yang Cakra perlihatkan ketika perempuan berambut blaching pendek dengan pakaian dress panjang yang di padu coat biru tua itu tersenyum kearahnya masih dengan tatapan terakhir kali mereka bertemu.

Hingga pesanan mereka berada di atas meja, tiada dari ibu dan anak yang terlebih dahulu membuat topik pembicaraan. Canggung. Itulah yang mereka rasakan.

"Ma. Kenapa gak tinggal di Indonesia aja? Setidaknya kan kita lebih sering ketemu," ujar Cakra terlebih dahulu membuka topik setelah sekian lama terdiam.

Zahra tersenyum mendengarkan lantunan perkataan Cakra yang terdengar lebih lantang daripada saat terakhir mereka bertemu. Lelaki itu menangisi kepergiannya.

"Mama udah senang kok bisa ketemu sama kamu. Makasih ya!" Zahra terkekeh kecil.

Cakra tetap melahap menu favoritnya, aduba steak dengan lahap. Memotong daging dengan berukurank kecil, membuatnya lebih mudah untuk melahap menu favoritnya itu.

Tiba-tiba terdengar rightone panggilan era 90'an itu terdengar samar-samar, Cakra segera mencari dari mana asal bunyi rightone itu berbunyi. Semakin terdengar dekat dari posisinya. Pada akhirnya, Cakra menemukan sumber suara itu berasal.

Pastinya berasal dari benda pipih milik Zahra yang tergeletak di meja makan. Mamanya itu tidak jarang menunggalkan benda pipih tersebut, seolah benda itu bukanlah priotas utamanya.

Awalnya, Cakra berniat mengabaikan, namun ponsel itu terus saja bergetar dengan menampilkan suara rightone yang sama berulang kali. Diingatnya, Mamanya ysng sedang berada di toilet, Cakra tidak membendung rasa keinginantaunya dengan memperlihatkan nama si pemanggil.

Putriku, is calling ...

Cakra hanya membacanya sekilas, tidak berniat menyentuhnya lagi. Rasa keinginan taunya kali ini terkadang memprediksi rasa sakit yang tak bisa ia jelaskan.

Berganti dengan walpaper photogrid sejajar yang menampakan album foto ketika Zahra, Mamanya itu mengabdikan foto bersamanya. Bersebelahan dengan swag foto bersama putri kecilnya mengenakan ala kerajaan.

Ah. Nyatanya foto Cakra juga terpampang disana! Itu membuatnya menampakan senyuman sekilas.

Lagi lagi pangilan itu mengintrupsi pandangannya. Tanpa diketahuinya si pemilik telepon, yang entah dari kapan telah kembali pada posisinya. Zahra pun segera mengkat pangilan dari putri kecilnya.

"Mama! Ala k-kangen!"

Sambutan suara cempreng dari putri kecilnya. Zahra memelankan pembicarannya dengan menatap ekspresi Cakra yang saat ini terlihat acuh tidak acuh berfokus dengan makanan faboritnya. Di dalam hati beda prasangka, mana tau?

Dare, or dareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang