19| Serangan Shang Cheng Tang

164 20 0
                                    

Nuwa Yihua yang merupakan istri Tao Zian dan para pejabat menyerahkan tebusan yang diminta oleh Raja Xia Jie berupa emas dan harta-harta berharga lainnya. Membiarkan mereka tenggelam dalam euphoria dan membebaskan Shang Cheng Tang. Xia Lian dan Tao Zian ada di sana, menyelinap di antara kegelapan, melihat bagaimana mereka berpesta dengan meriah, tanpa peduli perut rakyat kecil yang berbunyi kelaparan. Riuh tawa mengaburkan bagaimana anak-anak menangis menginginkan susu dan makananan.

Xia Lian nyaris melayangkan belatinya ke tengah kening Raja Xia Jie yang duduk di antara dua selir barunya yang sangat cantik, mengabaikan permaisuri dan Selir Mei Xi yang berada di meja sampingnya. Bagimana pun mata seorang pria akan selalu tertuju pada mereka yang paling mempesona. Dulu, Selir Mei Xi bisa membuat raja Xia Jie melakukan apa pun untuknya, termasuk mengorbankan rakyatnya, tapi sekarang posisi itu tergeser oleh dua selir baru yang datang dan langsung dibangunkan dua istana megah.

“Jika dia mati, bukankah para wanita cantik itu akan menjadi milikmu,” ujar Xia Lian dengan nada selembut sutra membuat Tao Zian merinding karenanya.

“Ayo, lebih baik biarkan mereka terlena dengan arak dan kita berkeliling.”

Jauh dari aula pesta, malam yang dingin dengan jejak basah pada tanaman membuat wajahnya semakin beku. “Ah, lihat istana ini, sudah berubah total. Benar-benar pemborosan yang sangat disayangkan.” Xia Lian menatap kosong ke depan. “Bahkan halaman saya telah dibersihkan. Hahaha dia benar-benar membunuh saya dengan semua cara.”

“Dia tidak bisa membunuhmu walau pun ingin, pada kenyataannya kamu akan selalu berdiri dengan kemampuanmu sendiri.”

Xia Lian berkata dengan nada acuh tak acuh. “Kamu benar, pada akhirnya saya akan berdiri sendiri.”

Tao Zian mengeluarkan pertanda ke langit. “Sudah waktunya.”

Xia Lian berbalik kembali ke aula pesta begitu mendengar dentingan pedang dan teriakan yang memekakan telinga. Tao Zian hanya membiarkannya, bibirnya mengeluarkan kekehan ringan ketika tangannya menurunkan topeng yang menutup wajahnya, lalu menyimpannya ke balik dada.

***

Di antara orang-orang yang mengayunkan pedang mereka, saling menebas dan berusaha melindungi nyawa masing-masing. Senyum Xia Lian tersunging dengan manis, menatap Raja Xia Jie yang berdiri dari singgasananya. Matanya berbinar antusias saat Raja Ketigabelas Dinasti Xia mengibaskan lengan baju dan mengambil pedangnya.

“Hati-hati!” Xia Lian melirik bahunya yang dirangkul dengan erat, lalu tersenyum ke arah Tao Zian, sebelum melihat kearah Selir Mei Xi yang tadi menangkis pedang yang diarahkan kepadanya.

“Xia Lian!”

Gadis itu membalikan badan, matanya nyaris tenggelam saat melihat Raja Xia Jie berjalan kearahnya dengan penuh amarah. Pedangnya terhunus yang masih meneteskan darah yang menetes di setiap langkahnya.

Xia Lian memutar belati di tangannya, tubuhnya mundur beberapa langkah menghindari serangan ayahnya. Tao Zian datang dari samping menepis pedang Raja Xia Jie. “Shang Cheng Tang!” panggilnya dengan penuh amarah.

Tao Zian melirik ke arah lengan atasnya yang di pegang Xia Lian, sebelum akhirnya gadis itu berdiri di depannya. “Jangan memangilnya dengan nada seperti itu, Ayah,” katanya dengan nada lembut dan ejekan di akhir.

“Akh, harusnya saya memberi hormat kepada Raja Xia dengan pantas.” Xia Lian membungkukan badannya sebagai tanda hormat. “Lama tidak bertemu, anda tampak sangat baik dengan selir baru.”

“Xia Lian, saya tidak membutuhkan kata-kata anda. Akan lebih baik jika anda tidak pernah kembali.”

“Seperti itu, maaf putri ini telah mengecewakan.” Senyum lembutnya berubah menjadi dingin. tangannya dengan tenang melempar belati mengenai bahu kanan Raja Xia Jie.

“Maafkan tangan saya Ayah, dia tidak mendapatkan pendidikan yang baik setelah hampir mati dalam penyergapan di hutan.” Gadis itu berkata dengan penuh penyesalan dan terkejut. Mengabaikan kemarahan Raja Xia Jie yang menggunung, dia kembali berkata. “Saya tidak akan membunuh anda tentu saja. tidak pantas bagi seorang anak untuk membunuh orang tuanya.”

Xia Lian mengambil dua langkah ke samping. "Tao, saya percaya pedang kamu adalah yang terbaik.” Tao Zian hanya mendengus dan mulai menyerang Raja Xia Jie.





***
[7/365]

Aku pengen ngasih epilog sebelum uas, biar pas libur bisa revisi sama up part yang gak sempat aku up :D

Prolognya juga mau aku ganti, prolog yg ini ngeselin.

Biru

Dari Xia ke Shang (Xia Lian, Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang