03| Kunjungan Putra Perdana Mentri Fu, Fu Dai Li

365 36 0
                                    

Xia Lian menatap topeng yang diberikan oleh Qianfeng dengan puas. Topeng itu terbuat dari kayu yang halus dengan ukiran sederhana. Ketika memakainya dia merasa nyaman dan terlindungi. Maka dengan riang dia duduk di sisi ranjang, membuka buku yang dia dapatkan dari Qiancheng. Tapi, itu hanya berlangsung sebentar, karena gadis pelayan itu dengan tergesa mengetuk pintu kamarnya, dan masuk setelah ia memerintahkan Qiaofeng untuk membuka pintu.

"Nona maafkan saya mengganggu anda, di depan ada putra Perdana Mentri Fu, dia ingin melihat keadaan anda." Qiancheng berbicara dengan cepat menggunakan nada cemas. Dia khawatir nonanya akan marah, karena sebenarnya putri kebanggaan Raja Jie, ini telah banyak berubah.

"Tidak bisakah kau mengusirnya, mengganggu saja." Xia Lian berkata dengan tak acuh, matanya masih menatap pada huruf-huruf hanzi yang membuatnya pusing, ah dia lebih menyukai hangeul dan huruf latin.

Qiaofeng dan Qiancheng saling bertukar pandangan. "Baiklah, saya akan meminta tuan Fu datang kembali saat kesehatan anda telah benar-benar pulih." Qiancheng berkata dengan tak berdaya.

"Katakan padanya jika nona ini masih sangat sakit, dan jika dia masih bersikeras menemui saya, katakan kepadanya, jika kehadirannya tidak dibutuhkan." Qiaofeng menatap temannya dengan pandangan iba. Apa nona mereka lupa jika pertunangan mereka adalah hadiah Raja Jie kepada putra Perdana Mentri Fu, Fu Dai Li. Alasan di balik semua tindakan itu sudah jelas-Raja Jie takut Perdana Mentri Fu Hao akan melakukan pemberontakan dengan pendukungnya yang semakin banyak. Dan apa yang bisa dilakukan untuk mencengah itu? Jelas adalah dengan membuat kedua keluarga terikat, memberi kekayaan, kehormatan, dan putrinya yang berharga untuk dijadikan menantu.

Qiancheng menghampiri Fu Dai Li yang tengah duduk menunggu di kursi depan dengan teh yang masih mengepul di atas meja. "Maafkan pelayaan ini, Tuan. Nona keluarga kami masih lemah dan tidak dapat menemui anda, pun membiarkan anda melihatnya."

Fu Dai Li menghela napas, wajahnya terlihat cemas. "Apa kondisinya masih sangat parah?" Qiancheng menganggukan kepala dengan tegas. "Benar Tuan, nona harus beristirahat sepanjang hari. Nona berpesan, agar anda bisa berkunjung kembali ketika keadaannya sudah membaik."

"Ah anak nakal itu, katakan kepada nona keluargamu untuk jangan lupa merawat dirinya sendiri dan berhenti berbuat baik pada semua orang. Saya berbicara sebagai kakaknya."

Pemuda berusia 18 tahun itu berlalu, meninggalkan halaman. Padahal dia telah menyempatkan diri di antara kesibukannya hanya untuk melihat kondisi tunangan kecilnya yang baru saja kecelakaan beberapa hari yang lalu.

Xia Lian membalik halaman buku dengan santai, dia sangat yakin jika Qiancheng akan kembali sebentar lagi dan memberi tahu jika pria itu telah pergi. Benar saja, sesuai perkiraan gadis pelayaan itu menyampaikan kata-kata yang terdengar menggelikakan di telinganya. Cih, sok perhatian, pikirnya.

Tiga hari kemudian Fu Dai Li kembali berkunjung. Kali ini yang membawa berita adalah Qiaofeng, seperti sebelumnya, Xia Lian menolak untuk bertemu dengan tunangannya. "Katakan padanya, jika saya, nona ini sedang tidak ingin diganggu. Jika dia masih tidak mau pergi seret saja dia keluar gerbang."

Maka dengan bergegas Qiaofeng menemui Fu Dai Li, menyampaikan perkataan Xia Lian kecuali untuk menyeratnya. "Apa dia masih sakit?" dia bertanya setelah menghela napas dalam.

"Nona memang masih dalam keadaan yang belum pulih sepenuhnya, nona bilang dia akan berbicara kepada anda nanti." Fu Dai Li mengetahui nanti yang dimaksud entah kapan. Ah, gadis kecil itu memang sangat menyebalkan.

Kejadian seperti itu terjadi beberapa kali, dan dikunjungannya yang ke-10, Fu Dai Li meminta untuk menemui Xia Lian atau dia akan memaksa, dengan terpaksa Qiancheng menyampaikan perkataannya kepada nona keluarganya yang sedang membuat kaligrafi di ruang pribadi.

"Nona, tuan Fu berpesan jika anda tidak mau menemuinya, maka dia sendiri yang akan menemui anda."

Xia Lian membanting kuas ditangannya. "Seret saja dia, jika masih tidak bisa panggil saja semua pengawal untuk memaksanya."

"Tapi Nona, tuan bilang dia ingin membicarakan hal penting."

"Saya tahu apa yang ingin dia bicarakan. Ayahnya, Perdana Menteri Fu akan memutuskan pertunangan saya dengan putranya, nanti malam saat jamuan. Saya tidak ingin repot-repot menemui orang asing, membuang waktu. Katakan padanya tidak perlu minta maaf, itu hanya akan membuat saya terlihat menyedihkan. Satu lagi, katakan padanya untuk bersikap tidak berlebihan."


***
[14 Juli 2020]

Lagi suka lagu Slump, Stray Kids

Kemarin habis dari kosan, pp:(( padahal masih kangen sama tempat bebas berekspresi itu.

Biru

Dari Xia ke Shang (Xia Lian, Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang