10| Buah Antropa Belladonna, Pengganjal Lapar?

207 25 0
                                    

Xia Lian pada akhirnya memilih untuk memutar langkahnya. Melewati setiap bangunan kosong dengan pelan. Helaan napas berat ia keluarkan berkali-kali. Dia bukan manusia yang bisa berbaur dengan mudah, dan memiliki wajah tembok. Jika mengambil langkah masuk pun, dia pasti akan bingung untuk duduk di mana dan dengan siapa, lalu tatapan asing yang menatapnya penasaran. Xia Lian tidak akan dapat menanggung semua itu.

Angin malam membuatnya menyatukan tangan dengan erat. Kolam Teratai dengan suasana remang membuatnya merasa sedikit senang. Xia Lian sedikit merindukan halaman Sun Flower-nya. Bila dia berada di istana, ia tidak perlu merasa kelaparan dan kesepian seperti ini. uap mengepul di depan bibir saat dia menghembuskan napas dengan kasar.

Suara perutnya yang bernyanyi membuatnya meringis dan memeluk perutnya sendiri dengan erat, berharap rasa laparnya dapat dia tahan, lebih baik bila menghilang. "Ibu, saya merindukan masakanmu," ujarnya dengan lirih. "Ayah, saya merindukan perhatihanmu yang selalu membuat saya merasa terkekang."

Mata Xia Lian beralir menatap langit yang gelap, bintang pun bahkan tak sudi untuk menemani kesunyiannya. "Langit, biarkan saya kembali dan saya akan menjadi seorang anak yang sangat berbakti. Janji tidak akan lagi mengumpati ayah dan ibu dalam hati."

Kryuk

Lagi-lagi perutnya berbunyi. Sial, dia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. "Semoga ini masih berguna." Xia Lian menarik seruling dari dalam lengan bajunya, menghembuskan napas pelan sebelum meniupnya dengan amatir. Senyumnya tercetak saat seorang pria berdiri dua meter di hadapannya dengan mata yang memancarkan rasa kesal.

"Apalagi sekarang? berhenti meniupnya dengan sumbang." Nada datar Tao Zian membuat Xia Lian menyeringai dan kembali memainkan lagu sumbangnya.

Wajah Tao Zian yang tertutup topeng berubah menjadi merah, tangannya terangkat di udara, seruling di tangan Xia Lian berpindah ke dalam genggamannya, membuat gadis itu membolakan mata tak percaya. "Katakan apa yang kau inginkan sekarang?"

Xia Lian membuat ekspresi semenyedihkan mungkin walau Tao Zian tidak akan dapat melihatnya. dengan mata berkaca-kaca dia berkata. "Saya sangat lapar, tolong beri saya makanan!"

Mata Tao Zian menyipit tajam. "Bukankah Selir Mei Xi telah mengatakan, bila kamu hanya boleh memainkan lagu ketika berada kondisi terdesak? Lagi pula, mengapa kamu tidak pergi keruang makan?"

"Ini juga keadaan terdesak. Saya lapar dan tidak ada makanan. Bagaimana jika saya mati kelaparan? Oh, ruang makan itu? sebenarnya saya telah pergi ke sana ..." Xia Lian menghembuskan napas lelah. "Lantas apa yang harus saya lakukan saat mereka meminta saya menyingkir?" Gadis itu berkata dengan nada yang sengaja membuatnya menjadi pihak yang tertindas. Sial, Tao Zian ingin sekali menghunus pedang ke arah nona muda di depannya.

"Saya benar-benar ingin membunuhmu!"

Tangan Xia Lian terangkat, berusaha menghentikan Tao Zian yang berbalik. "Tunggu sebentar, saya akan mengambilkan atropa belladonna untuk menghancurkan perut lapar itu." Pria itu berkata dengan tenang dan menghilang dalam sekejap.

Mata Xia Lian menggerjap dengan lambat, membuat gerakan seimut mungkin, tak menyadari muak yang Tao Zian tanggung. "Aww, apa ini?" Xia Lian mengambil buah yang pria itu sodorkan di depannya. Menatapnya dengan lambat dan antusias.

"Kamu ingin aku mati setelah memakannya?" Tanyanya tak berminat.

Atropa belladonna mengandung atropin dan skopolamin pada batang, daun, buah, dan akar yang menyebabkan kelumpuhan di otot tubuh yang tidak disengaja, termasuk jantung. Bahkan, kontak fisik dengan daun dapat menyebabkan iritasi kulit.

Xia Lian sedikit menggeser tubuhnya, memberi jarak pada Tao Zian yang duduk di sampingnya. Kepalanya memiring. "Apakah ini enak?"

Tao Zian tersenyum miring, matanya bersinar aneh. "Ya, dan kamu akan mati dalam satu gigitan."

Bila Tao Zian adalah orang yang memiliki selera humor baik dan jahil, dia sudah terbahak sekarang-bagaimana wajah gadis itu terlihat berubah dengan mata yang membeku terasa menggelitik penglihatan.

"Bodoh, saya tidak bersungguh-sungguh."

"Selera humor yang menyedihkan." Xia Lian bedecak prihatin sembari menggigit buah di tangannya.

"Akan baik bila saya bisa membuat arak dari atropa belladonna, kemudian mengirimkannya ke Xia," gumam Xia Lian pelan.





***
[09 Oktober 2020]

Negeri Komedi

Ada yang lucu dari para pemimpin negeri, di tengah pandemi yang mencekik ekonomi, para atasan menggarap kebijakan yang melawan nurani. Pro pemerintah berkata kebijakan akan menjadi sejarah, kurasa itu benar, kegelapan akan menelan kami, rakyat kecil yang untuk makan saja susah. Kawan-kawan mulai aksi tapi tak mendapat jawaban. Beberapa kawan kami hilang, lainnya ditahan tanpa di dampingi kuasa hukum. Aku bertanya, kapan negeri ini akan beralih dari panggung komedi?

Biru

Dari Xia ke Shang (Xia Lian, Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang