15| Kecurigaan

148 21 0
                                    

Xia Lian tersenyum pada dua murid yang berdiri di depan pintu ruangan Tao Zian. Salah satu dari mereka membungkuk, lalu bertanya dengan sopan. "Apa yang bisa saya lakukan untuk saudara perempuan seperguruan?"

"Saya ingin bertemu dengan Tuan Tao, bisakah adik seperguruan mengizinkan saya masuk?"

Kedua murid itu saling bertukar pandangan, murid satunya segera menundukan kepala. "Tuan Tao mengatakan sedang tidak ingin diganggu. Harap kakak perempuan berkenan untuk kembali lain waktu."

Xia Lian menarik senyum paksa, sebelah tangannya telah terkepal sempurna. Dia tidak suka penolakan. Sejak kecil selalu mendapat pengajaran untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tak peduli orang lain menyukai caranya atau tidak. Selama tidak merugikan diri sendiri, dia akan melakukannya.

"Tidakkah adik seperguruan merasa perlu untuk menyampaikan kunjungan saya kepada Tuan Tao," ujarnya dengan mengintimidasi.

Tanpa perlu mendengar perkataan mereka, Xia Lian membuka pintu di depannya, lalu menutupnya dengan keras, tidak mempedulikan teriakan kedua murid yang berjaga. Langkahnya pelan dengan sebelah tangan membenarkan rambutnya yang sedikit kusut.

Matanya menatap ruangan dengan pandangan menilai. Terlalu monoton. "Masuk ruangan seseorang tanpa izin, dan mengamati saat pemiliknya sedang tidak ada. Sangat mengagumkan."

Perkataan sarkas tersebut membuat Xia Lian berbalik. Gadis itu sedikit membungkuk. "Ah, Tuan Tao," ujarnya dengan nada sedikit terkejut yang membawa ejekan dan badan sedikit membungkuk.

"Apa yang membawa kunjunganmu?" Tao Zian mengambil salah satu gulungan di antara bukunya, lalu berjalan ke arah meja.

Xia Lian duduk di depannya. "Jangan bertingkah seperti saya tidak pernah berkunjung dan memperhatikan kamu."

"Lagi pula kita tinggal di tempat yang sama, mengapa kamu berkata seolah saya adalah orang asing?"

"Katakan apa keinginanmu atau keluar sekarang juga."

Xia Lian memandang wajah Tao Zian yang tengah serius membaca—dengan wajah bertumpu pada lipatan tangan di meja. "Saya ingin kembali ke Xia dan membalas dendam." Gadis itu masih mengamati wajah Tao Zian yang tidak memiliki perubahan ekspresi.

"Buakankah seharusnya kamu terkejut dan melarang saya? Sangat menyebalkan." Xia Lian berkata dengan kesal, menatap pria di depannya dengan mata berkaca.

"Bukan urusan saya."

"Ayolah Tao Zian, jangan hanya memberi lirikan tak berminat, setidaknya bersikaplah sedikit khawatir."

"Tidak diperlukan."

Xia Lian berdiri, berjalan di antara deretan buku dengan bibir mengerucut. Memangnya apa yang dia harapkan? Sudah pasti Tao Zian akan senang jika dia pergi, itu artinya satu beban menghilang, benar, 'kan?

"Tao menyebalkan Zian, apa yang tidak diperlukan?"

Gadis itu berjalan mendekati Tao Zian kembali dengan mengibas-ngibas lengan baju. Tangannya bertumpu pada meja, sehingga wajah mereka saling berhadapan hanya dibatasi buku yang Tao Zian pengang.

Alisnya mengernyit ketika dia berkata dengan nada kesal dan menuntut. "Saya akan kembali ke Xia dan membalas dendam."

"Tidak peduli." Jawabnya dengan mata yang masih fokus memindai setiap huruf yang dia baca.

"Saya akan kembali ke Xia dan membalas dendam." Xia Lian mengatakan dengan lebih menuntut, matanya menyipit tajam.

"Terserah."

"Yak, Tao Zian!" Xia Lian berteriak di depannya, membuat napasnya naik-turun, wajahnya tampak kesal dan menahan emosi.

"Pe—," ucapannya terhenti saat tangan gadis itu masuk ke dalam baju bagian dadanya.

"Xia Lian." Tao Zian merasa jika dia sudah tidak bisa menahan dan memberi gadis itu toleransi lagi.

Xia Lian tersenyum konyol. "Jangan marah Tao Zian, lihat apa yang saya pegang?"

Ekspresi Tao Zian berubah menjadi terkejut. Sebelah tangannya menyimpan buku di meja dengan kasar. "Kembalikan."

"Tidak."

"Xia Lian!"

"Apa?"

"Berani kamu bertindak lancang kepada saya."

"Zian ge, bagaimana bisa kamu mendapatkan segel Shang?" mata Xia Lian menyipit penuh tuduhan.

"Bukan sesuatu yang perlu kamu ketahui."

Xia Lian menghindar ketika tangan Tao Zian terulur hendak meraih segel di tangannya. "Tidakah kamu merasa harus mengatakan kebenarannya?"

"Jangan-jangan kamu mencurinya ketika berkunjung ke Shang? Wah, seorang pemilik sekte Matahari Terbit ternyata suka mencuri juga."

Xia Lian membiarkan Tao Zian mengambil segel di tangannya. Matanya menatap sang pria dengan pandangan menilai. Dia tidak bisa mengabaikan ini, tapi tidak mungkin menunjukan kecurigaannya secara langsung, membiarkannya lewat dan mencari tahu dalam diam terdengar lebih baik.

***

[6 November 2020]

Pengen up aja sebelum uts.

Semoga uts (9-13 Nov) lancar dan hasilnya memuaskan. Amin.

Biru

Dari Xia ke Shang (Xia Lian, Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang