Arga keluar dari mobilnya dan bergegas memasuki kantornya sebelum dia menemukan Saka Handiar, rekan kerjanya sesama arsitek di kantor, sedang mengobrol dengan salah satu front officer di sana.
Arga menghampiri Saka dan menepuk pelan lengan temannya itu, "Lo ngapain di sini? Meeting-nya udah kelar?"
Saka agak kaget dengan kedatangan Arga yang tiba-tiba, "Setan lo, ah! Ngagetin, kampret! Iya, udah selesai dari tadi."
"Terus gimana?"
"Aman, bagian lo udah gue backup."
"Thank you, then. Ke ruangan gue, jelasin gue hasil meeting tadi."
Arga dan Saka berjalan bersisian menuju ruangan Arga. Saka belok ke ruangannya terlebih dulu untuk mengambil berkas-berkas hasil rapat tadi, sedangkan Arga melanjutkan masuk ke ruangannya sendiri yang berada di sebelah ruangan Saka.
Saka masuk ke ruangan Arga setelah beberapa menit, lalu duduk di kursi di depan Arga, "Ngomong-ngomong lo dari mana, sih? Cakep amat," tanya Saka tanpa melihat Arga, tangan dan matanya masih fokus pada berkas-berkas di depannya, sedang memilah kertas mana yang harus dia tunjukkan terlebih dulu pada Arga.
"Sering amat lo ngatain gue cakep. Lo suka sama gue? Gue masih straight, ya, nyet," Arga memundurkan badannya menempel senderan kursi, yang sebelumnya badannya sedikit membungkuk ikut mengamati kertas-kertas di tangan Saka.
"NAJIS!" Saka mengumpat sambil mengibaskan kertas yang di tangannya ke arah Arga. "Tapi seriusan lo dari mana? Rapi banget."
"Foto keluarga," jawab Arga cepat dan datar.
"LAGI???" Arga mengangguk menjawab pertanyaan Saka yang meninggikan intonasi suaranya. Matanya sudah membulat sempurna memandang Arga dengan tatapan tidak percaya. "Bokap lo hobi banget foto keluarga perasaan."
"Biasa, pencitraan."
"Kali ini foto apa lagi? Bukannya kemarin awal tahun lo udah foto keluarga juga?" Saka kembali sibuk dengan berkasnya.
"Foto yang di ruang tamu mau diganti. Soalnya bentar lagi mau ada anggota keluarga baru," jawab Arga masih dengan nada datar namun sarkas.
Saka menyerahkan berkas yang sudah dia pilih ke Arga, "Oh, tadi sama Andra juga?"
Arga berdeham dan mengangguk tapi matanya fokus pada kertas di depannya.
"Jadi nikah juga Mbak Rei," Saka bergumam tapi masih bisa didengar Arga. "Kasihan gue liat kakak lo. Dia kayaknya nggak suka sama Andra."
"Dan gue juga nggak yakin kalau Mas Andra suka sama Mbak Rei," lanjut Arga mengingat kakak dan calon suaminya itu tidak banyak berkomunikasi layaknya calon pengantin pada umumnya. Arga mengangkat kepalanya, memandang Saka di depannya yang juga menatapnya sedari tadi dengan tangan bersedekap di depan dada.
"Tapi mau gimana lagi. Lo tahu sendiri, dalam circle bokap gue, pernikahan itu nggak penting anaknya suka atau nggak, yang penting orang tuanya cocok. Teknisnya, yang nikah itu bokap gue sama bokapnya Mas Andra," lanjut Arga.
"Wow, serem. Padahal Mbak Rei pantes buat dapetin yang lebih baik. Maksudnya, bukan berarti Andra nggak baik. Ya, siapa juga yang nggak tahu Yogiswara. Gila aja! Tapi maksud gue, dengan value Mbak Rei yang sangat tinggi itu, Mbak Rei harusnya berhak memilih, menikah dengan orang yang dia cintai dan yang mencintai Mbak Rei," Saka mengungkapkan pendapatnya.
Arga menghela napas lalu mengedikkan bahunya, "Kayaknya cowok-cowok juga takut deketin Mbak Rei karena value-nya yang terlalu tinggi seperti lo bilang tadi. Soalnya gue nggak pernah liat Mbak Rei deket sama cowok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Triptych √ [Completed]
General Fiction✨ Reading List WattpadRomanceID on July 2023, category Bittersweet of Marriage ✨ ====== Triptych secara harfiah diartikan sebagai sebuah karya seni yang terdiri dari tiga bagian yang disejajarkan berdampingan. Ketiganya harus dinilai sebagai satu ke...