Suara ketukan dari dinding kubikelnya sontak membuat Reiga mengalihkan fokusnya dari layar monitor menuju sumber suara. Dia mendapati Aleya yang sudah berada di depan kubikelnya. Senyum tipis tercipta dari bibir Reiga karena akhirnya Aleya mau menemuinya tanpa dia minta terlebih dahulu. Tapi senyum itu tak bertahan lama saat dia menyadari raut wajah Aleya yang terlihat masam.
"Udah jam istirahat," ujar Aleya dengan nada sedikit ketus.
Reiga mengangguk, sebenarnya dia bingung apa maksud Aleya mengatakan itu.
"Ikut gue," ucap gadis itu lagi lalu melenggang pergi meninggalkan Reiga yang masih menatapnya tak mengerti, namun dia tetap beranjak dari kursinya dan mengikuti Aleya.
Reiga masih mengikuti Aleya yang berjalan dengan langkah tergesa-gesa. Mereka keluar gedung kantor dan masuk ke salah satu coffeeshop yang ada di dekat sana. Keduanya duduk di kursi dengan meja bulat kecil yang memang diperuntukkan untuk dua orang. Posisinya agak di sudut kafe dan sepi. Aleya sengaja memilih tempat di sana supaya tidak terlalu banyak distraksi dari tamu lain.
Setelah pramusaji menerima order mereka berdua, keduanya saling adu pandang tanpa ada yang berbicara selama hampir satu menit.
"Cath, harusnya kita ke-"
"Lo kemaren chat gue dalam keadaan mabuk?" Aleya memotong kalimat Reiga yang belum selesai. Nada bicara Aleya datar namun sorot matanya tajam.
Reiga menegang, "Ck, masalah itu masih belum kelar ternyata," batinnya.
"Jawab, Bi."
Reiga mengangguk dan menggumam.
Aleya mendengus setelah mendapat jawaban Reiga. Kepalanya menunduk dengan mata terpejam. Gadis itu mengatur napasnya yang agak tersengal karena menahan emosi. Aleya mendongak memandang Reiga, "Lo kenapa? Sejak kapan lo suka minum-minum?" tanyanya dengan sorot mata menyendu, tidak tajam lagi seperti tadi.
"Gue berani sumpah kalau kemaren itu pertama kalinya gue minum, dan gue janji itu bakal jadi yang terakhir."
"Terus kenapa lo tiba-tiba kayak gitu?"
"Karena..." Reiga tidak sanggup melanjutkan jawabannya, lidahnya tiba-tiba kelu, tidak mampu berucap.
"Karena gue? Karena pembicaraan kita di Bali tempo hari?"
Reiga hampir menjawab pertanyaan Aleya, tapi kedatangan pesanan mereka membuatnya mengurungkan niatnya sejenak. "Lo beneran nggak pesen cemilan, Cath? Harusnya kita ke tempat yang ada makan besarnya."
Kafe yang mereka kunjungi ini tidak memiliki menu main course. Hal itu membuat Reiga agak khawatir pada Aleya yang tidak bisa telat makan karena gadis itu memiliki radang lambung yang cukup parah.
Aleya menggeleng, memiliki nafsu makan saja tidak, buat apa repot-repot pesan cake yang sudah pasti tidak akan dia makan. "Lo belum jawab pertanyaan gue, Bi. Bener lo kayak gitu karena gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Triptych √ [Completed]
General Fiction✨ Reading List WattpadRomanceID on July 2023, category Bittersweet of Marriage ✨ ====== Triptych secara harfiah diartikan sebagai sebuah karya seni yang terdiri dari tiga bagian yang disejajarkan berdampingan. Ketiganya harus dinilai sebagai satu ke...