Matahari sudah mulai menyingsing ke ujung barat, tapi belum sepenuhnya meredup. Waktu menunjukkan pukul empat sore, sudah terlalu sore untuk kembali ke kantor karena pasti akan terkena macet, tapi juga masih terlalu terang untuk pulang ke rumah. Arga dan Saka baru saja menyelesaikan meeting dengan klien di sebuah kafe di bilangan Kemang. Keduanya sepakat untuk mengunjungi cat boarding milik Bu Damar dulu sebelum pulang, mumpung sudah di Kemang.
Mereka turun dari mobil begitu Arga selesai memarkirkan mobilnya di depan cat boarding yang dimaksud.
"Sore, Bu Damar," sapa Arga ramah begitu membuka pintu.
Bu Damar balik badan untuk mencari tahu siapa yang datang. Begitu tahu Arga yang datang, senyum wanita paruh baya yang hari ini mengenakan pakaian serba hitam itu mengembang lebar. Bu Damar juga membalas salam Arga.
Perhatian Bu Damar beralih pada pria di belakang Arga. Mengetahui ekspresi Bu Damar yang penuh tanya, Arga memperkenalkan keduanya sebelum Bu Damar sempat bertanya.
"Dia teman kuliah saya dulu, Bu. Sekarang kebetulan kerja bareng," ujar Arga setelah Bu Damar dan Saka memperkenalkan diri mereka masing-masing. Bu Damar manggut-manggut, sementara Saka meringis lebar saja karena agak canggung.
Seekor kucing putih yang baru saja keluar dari sebuah ruangan berhasil menarik perhatian Saka. Pria itu spontan berjongkok dan menggendong kucing itu begitu saja.
"Nak Saka juga suka kucing?" tanya Bu Damar.
"Suka banget, Bu. Saya udah punya dua di rumah," jawab Saka masih mengusap-usap kucing yang ada di pelukannya itu.
"Masuk aja, main-main sama kucing yang lain."
Arga dan Saka menurut, mereka masuk ke satu ruangan yang dikhususkan untuk bermain para kucing. Arga sudah sering ke sini jadi dia biasa saja begitu masuk ke ruangan itu. Berbeda dengan Saka, pria itu begitu antusias melihat berbagai jenis di sana. Dia berlari kecil ke sana kemari untuk menangkap dan bermain dengan kucing-kucing itu.
Arga duduk bersila di sudut ruangan dan memangku salah satu kucing di sana. Fokusnya teralihkan saat pintu dibuka, seorang gadis masuk ke ruangan itu kemudian mata mereka berdua bertemu dan membuat keduanya diam sejenak.
"Kak Arga?" "Kamu kok masih di sini?" Kia dan Arga berujar bersamaan.
Suara kedua orang itu berhasil membuat atensi Saka beralih ke Arga dan Kia yang sama-sama masih diam mematung di tempatnya masing-masing.
"Siapa, Ga?" pertanyaan Saka berhasil membawa Arga dan Kia keluar dari lamunan mereka.
Arga mengerjap kemudian berdiri dan berjalan mendekat ke Kia, "Ini Kia, dia caretaker di sini juga. Ki, ini Saka, partner in crime-ku."
Saka mendekat ke Arga dan Kia dengan kening berkerut, "Bentar deh. Ini dia, Ga?"
"Dia siapa?" Arga balik bertanya karena pertanyaan Saka tidak jelas.
"Diaaa," mata Saka mendelik sarat makna dan kode, membuat Arga mengernyitkan keningnya. Berpikir sejenak, lalu ber-ah pendek dan akhirnya mengangguk. "SERIOUSLY?" pekik Saka yang benar-benar kaget.
"Nggak usah teriak-teriak, nyet!" Arga memukul lengan Saka.
"Ada apa, sih?" Kia akhirnya bertanya karena sedari tadi hanya bisa bengong, tidak paham dengan percakapan kedua pria di depannya.
"Nggak, kok, nggak apa-apa," Saka menyungging senyumnya hingga deretan gigi putihnya nampak lalu mengulurkan tangannya, "Hai, Kia, gue Saka. Nice to see you, finally."
Walaupun masih bingung, Kia menerima jabat tangan Saka, "Halo Kak, Zaskia."
"Kamu kok masih di sini? Katanya tadi udah mau pulang," Arga mengulangi pertanyaannya tadi yang belum sempat dijawab Kia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triptych √ [Completed]
General Fiction✨ Reading List WattpadRomanceID on July 2023, category Bittersweet of Marriage ✨ ====== Triptych secara harfiah diartikan sebagai sebuah karya seni yang terdiri dari tiga bagian yang disejajarkan berdampingan. Ketiganya harus dinilai sebagai satu ke...