Di tengah persiapan upacara pernikahan Reina, Saka menjadi salah satu orang yang sibuk karena dia dipercaya Arga untuk membantu untuk mengawasi dekorasi di rumah. Sebenarnya bukan cuma mengawasi, dari awal Saka memang ditugaskan untuk merancang konsep dekorasi di rumah.
H-1 waktunya rumah mulai didekorasi sesuai konsep yang sudah dibuat Saka dan disetujui oleh Wisnu Galanharsa. Jantung Saka seakan dipompa tiga kali lipat karena dia senang dan gelisah dalam waktu yang bersamaan. Dia senang karena ada Arga dan keluarga Galanharsa yang percaya akan kemampuan dan taste seninya melebihi keluarganya sendiri, tapi sekaligus gelisah karena ini pertama kalinya dia mengerjakan pekerjaan seni walaupun cuma dekorasi pernikahan.
Menurut Saka ini tidak sekedar proyek iseng dan sukarela karena keluarga Arga yang meminta tolong, tapi dia benar-benar mencurahkan seluruh bakat dan tenaganya supaya hasil dekorasinya tidak mengecewakan nanti. Dan juga, untuk mengerjakan dekorasi ini, Saka dibayar secara profesional oleh keluarga Galanharsa. Jadi Saka tidak boleh main-main.
Arga datang menghampiri Saka yang sedang mengawasi para pekerja menyusun bunga, "Gimana, Ka?"
Saka agak tersentak sedikit karena kedatangan Arga. Dia terlalu fokus pada pekerjaannya tadi, "So far aman, sih."
"Nice," Arga menepuk pelan pundak Saka lalu beranjak dari tempat berdirinya tadi dan mengelilingi rumah untuk mengecek beberapa sudut yang sudah selesai dihias oleh Saka dan timnya. Arga menganggukkan kepala beberapa kali puas dengan pekerjaan sahabatnya itu. Arga tahu Saka adalah orang yang tepat. Tidak menyesal dia minta tolong pada Saka.
Rumahnya sudah sangat ramai sekarang. Semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sebagian sibuk menghias rumah, sebagian sibuk mengurus katering, sebagian lagi sibuk mondar-mandir entah mengurus apa.
Selain dekorasi rumah -yang dikerjakan Saka-, semua urusan untuk pernikahan ini diserahkan pada WO sehingga keluarga Galanharsa tinggal terima jadi saja. Mereka hanya membantu seperlunya saja.
Suara dering ponsel Arga berbunyi saat pria itu sudah ada di samping Saka lagi, melihat temannya itu menghias tempat untuk acara siraman besok siang. Arga melihat layar ponselnya dan mendapati nama Kia di sana, dengan segera dia menerima panggilan itu.
"Halo."
"Ha..lo, Kak."
"Kenapa kamu, Ki?" tanya Arga panik karena terdengar suara rintihan di sana.
"Kak, maaf ganggu acara Kak Arga, tapi Kakak bisa ke sini bentar nggak? Bantuin saya pegang Kukang terus masukin dia ke kandang."
"Kenapa Kukang harus dimasukkin ke kandang? Kamu kenapa, sih?" intonasi Arga meninggi karena sekarang Kia malah menangis. Saka sampai menoleh karena kaget dengan suara Arga.
"...."
"Kia!"
"Kak, tolong ke sini bentar, ya, please."
"Iya, tapi bilang dulu kamu kenapa?"
"Kaki saya terkilir, Kak. Makanya saya nggak bisa ngejar Kukang. Tolong, ya, Kak. Bantuin masukin Kukang ke kandang aja, ntar sisanya saya masih bisa urus."
"Kaki kamu terkilir tapi kamu masih mikirin Kukang?! Gila kamu! Jangan ngapa-ngapain kamu di sana! Tunggu sampe aku dateng!"
"Iya, Kak, makasih, ya."
Arga langsung menutup teleponnya. Dia menepuk lengan Saka, membuat pria itu menoleh. "Gue pergi dulu bentar. Kalo ada yang nyariin gue, suruh nelpon gue aja," ujar Arga buru-buru hendak pergi dari sana.
"Siapa sih? Panik banget lo."
"Ntar gue ceritain. Duluan!"
"Ati-ati, Ga! Nggak usah ngebut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Triptych √ [Completed]
Fiksi Umum✨ Reading List WattpadRomanceID on July 2023, category Bittersweet of Marriage ✨ ====== Triptych secara harfiah diartikan sebagai sebuah karya seni yang terdiri dari tiga bagian yang disejajarkan berdampingan. Ketiganya harus dinilai sebagai satu ke...