Reina sedang menggarap laporan di atas meja kerjanya saat Andra masuk ke kamar. Pria itu mendekat lalu mengecup puncak kepala sang istri sekejap kemudian melangkahkan kakinya menuju rak untuk menyimpan tas kerjanya.
Hari ini mereka tidak pulang bersama karena Andra harus menghadiri rapat hingga pukul sembilan malam seperti ini.
"Kok masih kerja aja jam segini? Nggak bisa dilanjutin besok di kantor?" tanya Andra yang sedang melepas dasinya.
"Bentar. Nanggung, Mas. Bisa lepas dasinya sendiri?" tanya Reina balik tanpa melihat ke arah suaminya. Jari-jarinya masih sibuk menari di atas keyboard laptop miliknya.
Andra terkekeh kecil, "Aku pake dasi aja bisa sendiri apalagi cuma lepas. Sebelum aku nikah sama kamu, aku udah biasa ngelakuin semuanya sendiri, Rei. Kamu yang bikin aku keliatan manja karena apa-apa kamu yang ngerjain."
Reina tertawa kemudian mengangguk menyetujui.
"Aku mandi dulu. Kamu jangan sampe terlalu malem kerjanya," perintah Andra sambil berjalan menuju kamar mandi.
"Iya, Sayang, ni kurang dikit banget. Udah sana mandi dulu."
Sepuluh menit dihabiskan Andra untuk mandi. Dia keluar dari kamar mandi dan melihat Reina sudah duduk bersandar di atas kasur sambil memejamkan matanya menikmati alunan musik klasik yang dia putar dari ponsel yang berada di nakas sebelahnya.
Reina membuka mata saat merasakan sisi ranjang di sebelahnya bergerak. Dia menoleh dan mendapati Andra sudah berada di sampingnya, duduk dengan posisi yang sama dengannya.
"Gimana tadi meeting-nya? Lancar?"
Andra menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Ya, begitulah. Pembukaan cabang baru nggak pernah se-simple yang papa bayangin. Papa sih enak tinggal nyuruh, sementara yang mumet ya aku sama staf yang lain."
Reina terkekeh lalu beringsut mendekati suaminya. Dia menyandarkan kepalanya di dada Andra, membuat suaminya itu melingkarkan sebelah tangan ke pundaknya. "Namanya juga owner. Suka-suka papa mau dibuat kayak apa. Apalagi ada kamu yang dianggap bisa ngewakilin dan wujudin maunya papa," ujarnya sambil bermain-main dengan jemari Andra yang tidak merangkulnya.
Andra mengangguk sambil mengusap-usap lembut lengan Reina.
"Oh iya, Mas, besok aku jadwal kontrol. Temenin ya?"
Andra menghentikan gerakan tangannya. Dia terdiam sesaat lalu berdeham untuk melegakan tenggorokannya, "Besok aku masih harus lanjut ngurusin proyek cabang baru itu, Rei. Kemungkinan bakal pulang malem lagi."
"Tapi kamu belum pernah sekali pun nganter aku kontrol, lho," Reina mendongak untuk melihat suaminya.
"Ya, mau gimana lagi? Kerjaanku lagi padet-padetnya sekarang."
"Sampe nggak bisa kamu pasrahin ke salah satu staf kamu sementara? Sekali aja. Masa ada yang berani ngelarang kalo kamu bilang mau anter aku periksa kandungan? Toh jadwal kontrolku juga jam empat sore, udah hampir jam pulang kantor kan."
"Tapi proyek ini bener-bener crucial, Rei. Aku nggak bisa seenaknya main ninggalin rapat."
Reina menghela napas berat, "Yaudah, nggak apa-apa."
Wanita itu kemudian menjauhkan diri dari Andra dan berbaring di bantal miliknya. "Istirahat kamu, Mas. Biar besok nggak kecapekan."
Setelahnya, Reina memutar tubuhnya membelakangi Andra.
Reina menggigit bibir bagian dalamnya untuk menahan tangisnya. Dadanya terasa sangat sesak. Pasalnya, ini bukan pertama kalinya Andra menolak untuk menemani dirinya periksa rutin kandungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triptych √ [Completed]
General Fiction✨ Reading List WattpadRomanceID on July 2023, category Bittersweet of Marriage ✨ ====== Triptych secara harfiah diartikan sebagai sebuah karya seni yang terdiri dari tiga bagian yang disejajarkan berdampingan. Ketiganya harus dinilai sebagai satu ke...