Chapter 36

234 26 0
                                    

Sapaan hormat terus Reina dapatkan dari semua staff yang dilewatinya. Wanita itu sedang berada di lantai sembilan gedung kantor milik keluarga Yogiswara. Dia tersenyum ramah ketika disambut seorang wanita cantik berbalut blouse warna biru tua dan celana panjang kain warna senada di sana.

"Selamat siang, Bu," sapanya pada Reina.

"Siang, Ly, Bapak ada?" tanya Reina pada Lydia, sekretaris Andra.

"Ada, Bu. Bapak sudah menunggu. Mari saya antar."

"Thank you."

Senyum lebar terulas dari bibir Reina saat ia memasuki ruangan yang memiliki papan nama bertuliskan CEO di depan pintunya. Andra menyambutnya dengan menghampiri sang istri. Tak lupa juga senyum bahagia ia ciptakan.

"Ke sini sama siapa? Kan tadi aku udah bilang kalo mau jemput," ujar Andra setelah mempersilakan Reina duduk.

"Sama supir kantor tadi. Sekalian habis selesai meeting."

"Kirain kangen sama aku."

"Nggak lah, GR banget kamu," goda Reina yang membuat Andra terkekeh pelan.

"Mau minum apa?"

"Nggak usah, tadi habis banyak minum di meeting."

"Minum-minum?"

"Ck, nggak usah ngelucu. Kamu tu garing kalo ngelucu."

Andra tergelak mendengar perkataan Reina. Dia memang sadar diri jika dirinya tak pandai melucu. Sebelah tangannya terangkat untuk mengusap punggung Reina yang duduk di sampingnya.

"Mas," panggil Reina dengan muka mendadak serius.

"Kenapa, sayang?"

"Mama serius sama permintaan cerainya."

"Bukannya kalo Arga pulang, mama nggak bakal minta cerai?"

"Masalahnya sampai sekarang pun Arga nggak mau respons chat ayah yang minta dia dateng besok Sabtu."

"Makanya ini ntar kita mau ketemu dia kan."

"Tapi kalo dia tetep nggak mau gimana, Mas? Arga tu keras kepala banget anaknya."

Sang suami mengambil kedua tangan Reina dan menangkupnya menjadi satu dan ditumpukan ke pangkuannya.

"Sama kan kayak kakaknya?" goda Andra dengan senyum kecil di bibirnya.

"Iya sih. Aku, Arga, Reiga tu semuanya memang keras kepala. Tapi Arga yang paling-paling deh. Nggak ada yang bisa ngerubah apapun kalo udah berurusan sama prinsip dia."

"Kamu bicara pelan-pelan sama dia nanti. Dia kan lumayan nurut kalo sama kamu."

Reina mengangguk tapi masih dengan ekspresi cemberut bercampur khawatir. "Masalahnya Arga lagi nggak dalam situasi yang enak buat diajak ngobrol kan, Mas. Usaha dia buat nyari Kia sampe ke Solo minggu lalu akhirnya juga nggak mengubah keputusan Kia buat putus sama Arga."

Minggu lalu, setelah Saka menyusul Arga ke Solo, mereka tidak langsung pulang ke Jakarta. Keesokan harinya mereka kembali mencoba menemui Kia tapi gadis itu tidak ada di rumahnya.

Mereka sempat bertemu dengan Bayu namun paman Kia itu sama sekali tidak membantu karena dia tidak mau mengatakan Kia pergi ke mana. Arga selalu menolak ajakan Saka untuk pulang. Pria itu yakin kalau dia bisa membujuk Kia untuk kembali kepadanya.

Sebuah penginapan sederhana menjadi pilihan Arga dan Saka untuk menginap selama mereka di sana. Arga tidak peduli dengan kamar penginapannya yang jauh dari kesan mewah seperti yang biasa dia pesan jika memesan hotel. Yang penting untuknya adalah dia bisa dekat dengan rumah Kia.

Triptych √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang