Chapter 30

279 24 0
                                    

Aleya baru saja keluar dari kamarnya saat dia mencium bau harum dari arah dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aleya baru saja keluar dari kamarnya saat dia mencium bau harum dari arah dapur. Kia sedang memasak ayam rica-rica untuk makan malam. Aleya duduk di salah satu kursi meja makan lalu menarik stoples yang berisi kacang atom ke dekatnya.

"Aku baru tiga hari tinggal sama Mbak Kia tapi berat badanku udah naik dua kilo gara-gara dimasakin enak-enak terus sama Mbak Kia," celetuk Aleya sambil mengunyah kacang atom, yang hanya dibalas tawa geli dari Kia.

"Mbak Kia kok bisa pinter masak gini sih?" tanya Aleya lagi.

"Aku kan diajarin hidup mandiri selama di panti, Le, jadi ya begini deh. Kalo kamu bisa masak?"

Aleya menggeleng, walaupun Kia tidak melihatnya karena masih fokus pada masakannya, "Kalo cuma masak telur dadar sama mie instan ya bisa, Mbak," jawabnya sambil terkekeh sendiri.

"Nggak pengin belajar?"

"Pengin sih, tapi sekarang lagi belum ada niat. Ntar kalo udah ada niat, Mbak Kia ajarin aku, ya, hehehe."

"Nggak apa-apa, nanti juga bisa sendiri. Apalagi kalo udah nikah sama punya anak. Aku yakin kok, ntar secara naluriah kamu pasti bisa sendiri. Itu kodrat kita sebagai wanita," balas Kia yang sempat menoleh ke arah Aleya sebentar.

"Kata Kak Arga, Reiga pinter masak. Apa bener?" tanya Kia lagi. Dia sudah memindahkan masakannya ke dalam mangkuk besar dan membawanya ke meja makan.

"Eumm, dibilang pinter banget sih nggak, cuma ya dia emang bisa masak. Dia sering masakin aku pas aku masih di unitnya dia kemarin."

"Enak dong, besok kalo kalian nikah kalian bisa masak bareng-bareng," sindir Kia dengan kekehan kecil.

Aleya tersedak kacang atom yang sedang dia kunyah karena terkejut dengan kalimat yang dilontarkan Kia. "Apaan sih, Mbak?"

Kia makin geli melihat gadis di depannya. "Kalian kenapa nggak jadian aja, sih? Kamu suka kan sama Reiga?"

"Aku belum percaya diri buat dampingin Reiga, Mbak," jawab Aleya dengan mengedikkan bahunya.

Kia menatap Aleya yang menunduk sendu. Dia paham betul dengan perasaan Aleya, karena dia juga merasakan hal yang sama. Mungkin tidak sama persis, tapi kedua wanita yang sedang terlibat urusan hati dengan para lelaki Galanharsa itu punya banyak faktor lain yang mengakibatkan hubungan mereka tidak bisa lancar seperti yang diharapkan.

Mereka berhadapan dengan laki-laki yang bukan dari kalangan biasa saja, melainkan Galanharsa. Trah yang sangat sulit ditembus oleh orang biasa. Meskipun sebenarnya keluarga mereka tidak sesempurna yang terlihat di permukaan, tapi tetap saja berdampingan dengan Galanharsa tidak semudah yang mereka bayangkan. Banyak sekali batu terjal yang harus Kia dan Aleya lewati.

"Reiga terlalu sempurna buat aku, Mbak. Apalagi setelah kejadian Om Wisnu yang... Maaf, Mbak," Aleya tidak meneruskan kalimatnya karena takut menyinggung Kia.

Triptych √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang