Ayah dan anak nya.

554 58 7
                                    

****

Suara kicauan burung begitu merdu berterbangan bebas diluar sana, sinar matahari menyalip masuk celah-celah hordeng jendela,  menyapa Gibran yang masih menggeliat malas di atas ranjang meringkuk-ringkuk di balik selimut nya, dengan manja.

Sorot nya mendarat pada seorang perempuan cantik yang tengah tertidur pulas di samping nya.

Paras itu terus ia tatap, tangan nya mengelus elus lembut pipi halus milik Citra, istrinya begitu cantik pagi ini, Gibran sontak tersenyum ketika menyadari Citra yang reflek dengan sentuhan lembut dari suami nya.

"Eh, sudah bangun?"

"Baru saja."

Citra mengeratkan kedua tangan, pada rengkuhan tubuh suaminya yang begitu hangat juga nyaman, seolah tidak peduli dengan apapun, ia merapatkan kepala nya pada dada bidang Gibran, mencari kehangatan dan rengkuhan dari lelaki itu.

Gibran melayangkan kecupan kecupan hangat pada dahi milik Citra, menghayati aliran hangat dari masing masing tubuh.

"Bagun yuk sarapan," ucap Citra.

"Lima menit lagi.. aku ingin seperti ini dulu, lebih lama lagi.." Gibran menyembunyikan kepala nya pada ceruk leher Citra.

"Tapi, kamu harus bergegas ke kantor, lho mas."

Mas? Gibran tersenyum, panggilan baru nya dari Citra terasa begitu lucu atau mungkin aneh. Entahlah, tapi Gibran sepertinya suka.

Dirinya baru ingat, ini adalah bulan pertama mereka resmi menjadi suami istri, menikmati malam berdua, berbincang dan begitu banyak hal baru yang Gibran dapatkan, ketika menjadi sebagai seorang suami.

"Ngomong ngomong mau aku buatkan apa, untuk sarapan mu?"

"Terserah kamu saja."

***

Gibran menyelipkan pinggul nya di celah kursi meja makan, setelah bersiap siap lengkap dengan pakaian kantor nya, ia begitu antusias menyantap beberapa hidangan yang sudah tertera rapi di atas meja makan.

"Mmm enak!"  Ucap Gibran setelah, melahap sesendok nasi goreng buatan istri nya.

Citra tersenyum, dari meja bar ia menyematkan apron nya dan masih sibuk, dengan kotak bekal yang ia sudah tenteng sedari tadi, puas ketika mendengar kalimat itu.

"Terima kasih."

Ting!

Ditengah kunyahan nya yang hampir habis itu, Gibran mengusap mulut nya dengan 'teasue makan" yang tersedia di samping piring nya. Ia meraih telpon seluler yang baru saja berbunyi notifikasi itu dan lekas berdiri dari tempatnya, sambil menatap arloji nya dengan tergesa gesa.

"Lho, sudah mau pergi?" Tanya Citra.

"Iya, aku ada pertemuan dengan orang baru, hari ini."

"Gibran, aku sudah siapkan bekal mu untuk hari ini, kamu bawa ya, mas."

"Sepertinya tidak untuk hari ini, Citra aku buru buru banget nanti lain kali saja, ya."
Ucap Gibran menggapai, permukaan dahi Citra dan mengecupinya dengan lembut.

YANG SUDAH PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang