Selamat Tinggal Gibran. [END]

1.3K 66 7
                                    


****


Raisa masih masih terpaku pada setiap tetesan air yang tercurah pada kaca mobil, hujan itu masih berlanjut. Ia sesekali menatap arloji milik nya, namun alih alih dengan penuh yakin hari ini adalah keberangkatan nya ke Amerika.

Kendaraan itu mengantarnya pada parkiran bandar udara international Soekarno Hatta, Tanggerang. Mereka menepi untuk mendapatkan space.

Ramai manusia berlalu lalang, memberi salam rindu terkahir pada orang-orang yang mereka kasihi. Serapah pelukan penuh pilu yang dialiri air mata membanjiri tempat ini pun adalah sebagai saksi bagaimana perpisahan menjadi hal yang paling akan di ingat, termasuk menyakitkan.

Jika ditanya, apa langkah selanjutnya yang akan dirinya lakukan di tempat baru nanti? Yang jelas Raisa hanya ingin kehidupan yang lebih sederhana, kehidupan yang lebih pasti dan tak ada patah hati lagi.

Raisa hanya ingin menyusun kembali serpihan mimpi-mimpi nya yang sudah hancur, Raisa hanya ingin dicintai kembali tanpa harus merasa sakit.

Terlalu sederhana untuk sebuah diri yang baru saja bangkit kembali.

Raisa mengangkat kepala nya, memandang sepersekian detik wajah ayah nya. Mata yang penuh sayu itu pun kini menatap putri nya begitu dalam, Brama pun menitihkan air mata nya.

"Pa..." Perempuan itu, kini mengeratkan rengkuhan nya pada tubuh Brama.

Brama mengusap punggung Raisa, menggapai pipi Raisa dan mengecupi dengan penuh sayang, "Pergilah sayang, dan jangan lupa bahagia, ya.."

Raisa mengangguk.

"Ingat janji kita 'kan?" Ucap Brama membuat Raisa kembali tak kuasa.

"Raisa janji.."

Tidak dilewati oleh Shinta yang turut memberi rangkulan hangat mungkin untuk terkahir kalinya, mata nya berkaca berat hati mengantar sang putri pergi mengejar mimpi pada negeri paman Sam.

"Raisa berangkat ya ma.."

Shinta mengangguk, "Pergi dan sembuhlah ya sayang. Doa mama ada di sampingmu."

Berpegangan pada troli, sesaat Raisa menyusuri area Chek-in niat untuk mengurus segala berkas keberangkatan, tak henti hentinya ia menoleh ke belakang, dimana sang mama dan papa masih setia menatap dirinya, di belakang sana.

Ia mengayunkan langkah demi langkah, dua jam lagi adalah waktu keberangkatan siluet kedua orang tua nya pun nampak menghilang oleh jarak.

Raisa menoleh kembali ke arah jam tangan yang melingkar rapi di pergelengan tangan nya dengan langkah yang masih terarah, ia mendongak area chek-in sudah didepan sana tinggal beberapa langkah lagi namun,

Sesuatu menghentikan langkah nya, menyambar kepala dan berhasil menarik kasar netra nya.

"Raisa.."

Suara bariton yang terlalu khas itu dengan lurus masuk ke kedua telinga nya, membuat sekujur tubuh kaku terasa. Seolah semua indera nya kini tak berfungsi lagi.

Perlahan ia membalikan badan nya, mencari dari mana asal suara itu dan mendapati bahwa pria pemilik suara itu ada disana, di hadapan nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YANG SUDAH PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang