Citra mengelus elus ruas permukaan perut nya, mencoba memahami satu persatu kalimat dibuku yang sedang ia baca.
Hari memang masih saja sama, dikala matahari mulai tenggelam diujung pelupuk sisi barat mobil Gibran menepi di garasi rumah.
Lelaki itu berlalu di ruang tamu tempat pertama kali ia hendak pergi mencari rejeki dan pulang melepas penat. Tak sengaja melirik dan mendapati istri nya sedang membaca sebuah buku novel.
Langkah nya terhenti di ambang bawah anak tangga, melirik Citra yang sedang berduduk santai di sebuah sofa ruang tamu dengan secangkir teh hangat, didedapan nya, namun sama sekali tidak menyambut kepulangan suaminya.
Jujur, sejak pertengkaran terakhir mereka pada malam itu, satu sama lain memang belum saling bertegur sapa, hingga kini.
Gibran yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya dan sering kali pulang larut malam, Citra yang selalu berdiam diri, atau mungkin masih sedikit marah juga kecewa dengan ucapan suaminya pada malam itu.
Membuat hubungan keduanya membeku.
Ada yang berubah dari keduanya, terlebih pada diri Gibran. Lelaki itu menjadi lebih pendiam dari biasanya, pertengkaran besar yang terjadi di basement kala itu, merubah diri Gibran.
Gibran menghela napas, tapi tidak. Tidak untuk kali ini. Kali ini tepikan ego, dan mulai lah untuk mencairkan suasana kembali, ia menelisik, tampak ada raut tidak sedap dari wajah istrinya, malam ini.
Gibran mulai berjalan, berbalik ke arah menuju sofa, dan meletakan semua alat kantor nya di atas meja, di akhiri mendaratkan punggung pada sandaran sofa.
Citra, sebetulnya tau kehadiran Gibran disana, namun alih alih menyambut suami nya selepas pulang bekerja, perempuan itu justru memilih diam ditempat dan melajutkan membaca sebuah buku novel, yang sebenarnya tidak benar benar ia baca. Diri nya sedang kesakitan malam ini.
"Lagi baca apa?" Tanya Gibran pelan mendaratkan rangkulan di pundak sang istri, berusaha membuka kembali percakapan di antara mereka.
Sudah Gibran duga memang tidak akan ada jawaban dari mulut Citra, Namun ia tau betul di balik wajah santai dan pucat pasih itu, Citra sangat menderita.
"Kenapa? perutmu sakit?" Gibran mengelus lembut perut istrinya, "Kita ke dokter yuk."
"Ck!" Citra menepis, dan berpaling dari Gibran.
"Citra.. ayolah jangan seperti ini terus, nggak baik kalau kamu terus menahan sakit.." Ujar Gibran cemas, "Ini juga sudah waktu nya kamu chek up 'kan?"
"Biasanya juga aku yang pergi sendiri!"
Gibran kembali menghembuskan napas nya lelah, "Iya, aku minta maaf, besok kita ke dokter, ya?"
****
Lihat lah jari jemari kecil itu, ia begitu sangat kecil dan bersih. Lihat lah kaki mungil itu ia sedang berenang renang lembut di dalam kerajaan nya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG SUDAH PERGI
ChickLitYang sudah pergi jangan di paksa untuk kembali. Karena kita sudah selesai, dan album itu akan tetap ku simpan. Pergilah dan jangan berani kembali~