Malam ini rasanya sangat berbeda Attalas duduk disalah satu kursi makan yang berada didalam ruangan yang cukup besar, terlihat seorang wanita yang tengah asik mengunyah makanan, wajah wanita tampak datar, tidak ada ekspresi apalagi ketika melihat Attalas yang berada satu meja dengan nya. Attalas menghembuskan nafas pelan lalu tersenyum.
"Aku keatas duluan ya," pamit Attalas kepada ibunya dan Albar.
"Eheh, makanan Lo kan belum abis," tutur Albar kepada Attalas.
"Gue lupa masih ada kerjaan," ucap Attalas sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ya dihabisin dul-" belum sempat Albar meneruskan pembicaraannya tiba-tiba saja sebuah gebrakan meja mengagetkannya.
"Maa," panggil Albar.
"Kalo mau pergi, pergi aja sana," ucap Lina yang mulai kesal.
"Ma, mama apa apaan si!" ucap Albar sedikit membentak.
"Udah berani ya sekarang kamu ngebentak mama! Ini semua gara-gara kamu ya Attalas!!" marah Lina kepada Attalas.
"Ma-maafin Attalas ma," lirih Attaalas merasa bersalah.
"Ini bukan salah Lo kok, mama aja yang gak mau merima kenyataan, papa itu meninggal udah karena takdir, mama gak tau kan apa yang terjadi selama ini sama Attalas, Attalas itu sakit ma, mama ingat waktu penembakan di taman, ayah emang gak ketembak ma tapi Attalas yang ketembak dan mama tau peluru itu nembus kejantung Attalas ma!!" ucap Albar menatap tajam kearah Lina sang mama.
Seketika Lina terdiam tidak tau harus menjawab apa. Lina menatap Attalas dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Beberapa detik kemudian Lina pergi meninggalkan Attalas dan Albar.
"Lo sabar ya, mama pasti akan berubah kok," ucap Albar sambil menepuk bahu Attalas pelan.
------
Bell pulang berbunyi....
Sya berlari menghampiri Attalas yang sudah menunggunya didepan kelas bersama ketiga sahabatnya.
"Sya balik duluan ya Amel, byee byee," pamit Sya kepada Amel.
"Byeee," balas Amel.
"Yok Attalas," ucap Sya sambil menggandeng Attalas.
"Kami gak dipamitin nih??" ucap Arya yang melihat Sya tidak berpamitan kepada ia, Rama, dan Aidan.
"Males," ucap Sya memutar kedua bola matanya dan langsung berjalan meninggalkan mereka.
"Untung gue sabar," ucap Arya sambil mengelus dadanya. Sedangkan Rama dan Aidan hanya terkekeh melihat itu.
Setelah sampai diparkiran Attalas langsung menaiki motornya diiringi oleh Sya. Attalas melajukan motornya dengan kecepatan sedang tidak ada yang membuka suara selama diperjalanan, entahlah apa terjadi dengan mereka tapi pikiran Attalas sedang berkecamuk ia ingin mengatakan sesuatu kepada Sya tapi ia takut jika gadis polosnya itu akan terluka, walaupun ia tau sebenarnya sebelum ia dekat dengan Sya ia sering menyakiti hati Sya sampai membuat gadis itu menangis. Sya pun juga diam ia memikirkan sesuatu yang sedang ingin dibicarakannya kepada Attalas tapi Sya masih ragu untuk mengatakannya.
Attalas menghentikan motornya dipinggir taman yang tidak jauh dari rumah Sya. Gadis itu merasa kebingungan kenapa Attalas tidak mengantarkannya pulang melainkan membawanya kepinggir taman apakah Attalas ingin menurunkannya disini? ucap Sya dalam hati.
Attalas melepaskan helmnya dan turun dari motornya sedangkan Sya masih diam dan tak beranjak sedikitpun dari jok motor Attalas.
"Lo gak mau turun?" tanya Attalas mulai bingung. Sya menggeleng dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attalas [Hiatus]
Teen Fiction"Maafkan aku, bahkan hingga kau menutup mata, aku tak akan pernah bisa melupakan sosokmu, sosok yang begitu sangat ku cintai sampai saat ini" Jika ada kesalahan kata atau huruf mohon dimaafkan ya... Soalnya belum direvisi dan lagi males ngerevisi h...