Pengakuan

89 37 73
                                    

Attalas menghentikan motornya disebuah rumah bernuansa putih. Attalas turun dari motornya dan berjalan mendekati rumah tersebut.

Tok..tok..tok..
Attalas mengetuk pintu.

"Iya tunggu sebentar," suara seseorang dari dalam. Setelah dibuka Attalas mendapati seorang pria dewasa yang membukakannya pintu. Attalas tersenyum ramah kepada pria tersebut.

"Attalas, lama sekali kamu tidak kemari," ucap pria itu sambil menepuk pundak Attalas. Attalas tersenyum canggung pasalnya ia memang sudah jarang sekali berkunjung kerumah Aidan.

"Iya pa, maafin Attalas, papa apa kabar?"

"Papa baik, kamu sendiri?"

"Attalas juga baik pa," ucap Attalas tersenyum ramah.

"Yaudah ayok masuk, Aidan nya ada dikamar," ucap papa Aidan yang seakan sudah tau maksud kedatangan Attalas.

Attalas mengangguk dan langsung masuk kedalam rumah milik Aidan. "Attalas langsung ke kamar ya pa," ucapnya meminta izin.

"Iya silahkan," ucap papa Aidan mengizinkan.

Attalas mulai bejalan memasuki kamar Aidan. Attalas membuka ganggang pintu dengan perlahan, terlihat Aidan sedang sibuk menulis sampai tidak menyadari kehadiran Attalas. Tanpa menunggu lama Attalas langsung masuk ke kamar Aidan dan langsung menjatuhkan tubuhnya diranjang milik Aidan.

"Astagfirullahaladzim," ucap Aidan sedikit terjungkal karena kaget.

"Lebay," ucap Attalas tanpa menengok kearah Aidan.

"Gue kaget bro, kalo gue mati karena jantungan elu mau tanggung jawab hah?" Oceh Aidan.

Attalas menatap Aidan tajam. "Udah?" tanya Attalas malas.

"Lu tuh yah dateng kaga bilang, masuk kaga izin, gue ngomong dimarahin, mau lu tuh apa si bro," ucap Aidan lagi.

"Lu tuh lama-lama kaya Arya sama Rama ya?"

"Eh gue tuh beda yaa sama mereka," jawab Aidan kesal.

"Bodo, Gue mau tidur," ucap Attalas dan langsung menutup tubuhnya dengan selimut milik Aidan.

"Inini ciri-ciri manusia dikasih hati mintanya jantung," ucap Aidan mulai kembali mengoceh.

Bughh..

Satu bantal berhasil mendarat tepat diwajah Aidan. Sedangkan yang melempar tidak tahu menahu.

------

Albar merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Kira-kira siapa ya yang udah coret-coret papan tulis tadi," gumam Albar pada diri sendiri.

"Gue emang ngerusakin motor Attalas tapi kalo yang mukulin Attalas sama coret-coret kan bukan gue," tambahnya lagi sambil berpikir sejenak.

"Tapi kenapa dia malah nuduh gue," gumam Albar semakin dibuat bingung.

"Apa ada yang lebih tau kehidupan Attalas dibandingin gue, tapi siapa?" gumam Albar dan kembali berpikir.

"Ahh gak mungkin, gak mungkin," gumamnya lagi sambil bangun dari tidurnya.

"Ahh, kenapa gue jadi mikirin Attalas si, biarain aja sono biar dia tau rasa."

Sungguh Albar sangat dibuat pusing dengan masalah Attalas. Albar kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur, menindihi wajahnya dengan sebuah bantal. Tapi lagi-lagi Albar tak bisa tidur. Albar berinisiatif untuk keluar kamar mencari udara segar.

Attalas [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang