Pembunuh

114 61 35
                                    

"Kamu gapapa sayang?" tanya Kania khawatir.

"Sya gapapa kok Bun," jawab Sya seraya menenangkan bundanya yang mulai khwatir dengan keadaanya.

"Syukurlah, terus Attalas kamu gapapa?" tanya Kania seraya menatap wajah Attalas yang lembam.

"Attalas gapapa kok Tante, maafin Attalas ya tante gara-gara Attalas Sya jadi kaya gini," ucap Attalas merasa bersalah.

Kania tersenyum menatap Attalas. "Ini bukan salah kamu kok," ucap Kania sambil memegang bahu Attalas.

"Tap-"

"Ini bukan salah kamu kok Attaalas," potong dokter Dirga cepat.

"Iya Attalas ini bukan salah Attalas kok, tapi salah om preman yang tadi," ujar Sya menambahkan.

"Preman?" tanya Kania bingung, sebenarnya Kania tidak tau jika yang menyebabkan anak tunggalnya itu terluka adalah seorang preman.

"Iyah Bun tadi Sya sama Attalas dikejar preman, nah terus premannya yang buat tangan Sya jadi kaya gini," jelas Sya.

Kania menatap suaminya dokter Dirga. Sedangkan dokter Dirga hanya mengangguk mengiyakan.

"Kayanya ini semua udah direncanain," ucap Attalas tiba-tiba.

------

Keesokan harinya..

Attalas memarkirkan motornya diparkiran sekolah. Setelah turun dari motornya  Attalas langsung membantu Sya melepaskan helmnya, setelah kejadian kemaren tangan Sya harus dijahit karena ada sdikit sobekan.

"Makasih ya Bubu," ucap Sya dengan senyum yang merekah.

"Hm," jawab Attalas singkat.

Semejak mereka datang, banyak sekali pasang mata yang menatap Attalas dengan tatapan sinis dan bingung. Attalas yang menyadari akan hal itu tak mau ambil pusing ia tetap diam dan tenang. Sedangkan Sya ia nampak bingung kenapa orang-orang menatap Attalas seperti itu.

"Mereka kenapa ya? Kok natap Attalas gitu?" tanya Sya pada Attalas.

Attalas hanya mengangkat kedua bahunya bertanda bahwa ia juga tidak tau.

"Hmm, yaudah kita masuk aja yok," ujar Sya dan langsung menggandeng tangan Attalas.

Baru beberapa langkah mereka berjalan tiba-tiba Arya dan Amel berlarian kearah mereka.

"Ka-kalian kenapa?" tanya Sya bingung.

"Attalas, gawat Attalas, gawat," ucap Arya dengan nafas yang masih ngos ngosan.

"Gawat kenapa?" tanya Attalas mulai bingung.

"I-i-itu Attalas," ucap Amel terbata-bata.

"Kenapa Amel kenapa?" tanya Sya mulai panik.

Tanpa berfikir panjang Arya langsung menarik Attalas. Terlihat banyak sekali murid yang menatap sinis kearah mereka. Setelah sampai didepan kelas, Attalas langsung masuk, namun baru beberapa langkah ia masuk, kedua kakinya terhenti. Matanya menyorot tajam papan tulis putih itu yang kini penuh dengan coretana spidol hitam. Attalas mulai membaca tulisan itu satu persatu.

DASAR PEMBUNUH!!

COWOK BRENGSEK

ANAK GAK BERGUNA

PEMBUNUH!!!

MENDING MATI AJA LO SANA

DASAR COWOK GAK TAU MALU

Dan masih banyak lagi tulisan yang tak pantas untuk dibaca. Kedua tangan Attalas
Terkepal kuat. Ia berusah tetap terlihat tenang dan mengacuhkan semuanya.

Attalas [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang