Bercerita

114 55 55
                                    

Kaki Shasya melangkah dengan cepat. Hari ini ia tidak pulang bersama Attalas karena setelah kejadian tadi disekolah Attalas tiba-tiba saja menghilang. Sya juga tidak ingin ikut bersama Amel ataupun ketiga sahabat lelakinya itu, ia juga tak ingin menaiki taksi. Entahlah apa yang ada dipikiran gadis itu hari ini rasanya sangat kacau.

Attalas menghilang tanpa kabar, ia sudah berusaha menelfon Attalas tapi tak ada satupun jawaban dari pria itu. Sya sungguh khawatir dengan keadaan Attalas saat ini.

Tik...

Satu tetesan air membasahi wajah gadis itu. Sya menatap keatas terlihat langit mulai menggelap menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Sya mempercepat langkahnya agar tidak kehujanan. Namun baru beberapa langkah gadis itu berjalan tiba-tiba guyuran hujan datang lebih cepat dari perkiraannya.

Sya menepi disebuah halte, tidak Sya tidak ingin menaiki bus ia hanya menunggu hujan reda.

30 menit berlalu tetapi hujan tak kunjung reda. Sya menghembuskan nafasnya kasar, mau tidak mau Sya harus menerobos hujan karena hari semakin menggelap ia takut jika orang tuanya mengkwatirkannya.

Perlahan kaki Sya mulai melangkah. Ia merasakan air hujan turun perlahan membasahi kepala hingga kakinya dan sekarang tubuh gadis itu sudah basah kuyup, Sya semakin mempercepat langkahnya. Tangannya terasa sakit kala air hujan menembus perban yang melilit tangan gadis itu. Tiba-tiba suara Guntur mengagetkannya.

Sya langsung menunduk dan menutup kedua telinganya. Gadis itu terlihat sangat ketakutan perlahan kilatan mulai terlihat menambah ketakutannya. Suara Guntur semakin menggelagar bersahutan dengan suara hujan yang cukup deras membuat seseorang yang berada dibawah hujan itu berteriak ketakutan.

Sya memejamkan kedua matanya dan menutup rapat kedua telinganya dengan tangan. Sesekali ia berteriak menyebut bundanya. Tiba-tiba sebuah sepeda motor berhenti tepat disamping gadis itu. Sya masih tidak berani membuka matanya. Ia sungguh takut dengan kilat dan Guntur.

Sebuah tangan memegang bahu gadis itu dan membawanya menepi kesisi jalan. Sya hanya mengikuti langkah orang itu tanpa mau membuka kedua matanya. Orang itu  menyuruh Sya untuk membuka matanya namun Sya menggeleng.

Suara yang tidak asing lagi ditelinga Sya, tanpa aba-aba gadis itu langsung memeluk tubuh pria itu, seseorang itu adalah Attalas pria yang sangat Sya khawatirkan. Attalas langsung membalas pelukan gadis itu, Attalas benar-benar tau jika gadis polosnya itu sedang ketakutan. Attalas mencoba menenangkan gadis itu menyuruhnya untuk membuka mata. Sya perlahan membuka kedua matanya mendapati sesosok pria yang tengah mendekapnya dengan erat.

Attalas membawa Sya duduk disebuah kursi yang berada tak jauh dari mereka berdiri. Sya berupaya menetralkan rasa takutnya. Attalas menatap gadis itu lekat-lekat, sungguh rasanya sangat tenang.

Setelah gadis itu sudah tenang Attalas mencoba bertanya kepada Sya.

"Kenapa hujan hujanan?" tanya Attalas dingin namun dapat dilihat dari raut wajahnya bahwa ia juga khawatir dengan keadaan Sya. Badan gadis itu sedikit mengigil karena terlalu lama berada dibawah hujan.

Sya hanya menggeleng sebagai jawaban. Attalas menghela nafasnya pelan, ia tahu jika gadis polosnya ini sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa hujan hujanan?" tanya Attalas lagi dan kini nada sedikit khawatir. Bukannya menjawab Sya malah menatap pria itu dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan.

Attalas menatap Sya bingung. "Lo baik-baik aja kan Sya?" tanya Attalas khawatir dengan perubahan gadis itu.

"Attalas kenapa gak pernah jujur sama Sya?!" tanya Sya tiba-tiba. Attalas menyerngitkan dahinya.

Attalas [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang