Pak Johan dan Aidan menunggu Attalas diruang tunggu sudah sekitar 10 menit, namun dokter tidak kunjung keluar dari ruangan Attalas.
"Aidan," panggil pak Johan.
"Iya pak," sahut Aidan sambil menoleh kearah pak Johan.
"Apa ada hal yang disembunyikan dari saya?" tanya pak Johan tiba-tiba.
"Ma-maksud bapak?" balas Aidan tidak mengerti dengan ucapan pak Johan.
"Bukankah Attalas tidak pernah seperti ini sebelumnya?" pak Johan kembali bertanya.
Aidan meneguk salivanya dengan susah payah.
"Kau jangan pernah bilang pada ibuku atau siapa pun kalau aku sakit, nanti ibuku akan tambah sedih." ucap Attalas kecil yang masih terbaring lemah dirumah sakit.
Aidan kecil mengagguk. "Tapi kau janji kepadaku kau harus kuat, kau adalah saudara ku satu-satunya," ucap Aidan kecil kepada Attalas kecil.
"Apa kau menganggap ku sebagai saudara?"
"Tentu kau adalah saudaraku, iya kan yah?" tanya Aidan kecil pada ayahnya.
"Iya, kau bisa panggil om dengan sebutan ayah dan sekarang Aidan adalah saudaramu," ucap ayah Aidan sambil mengelus rambut Attalas.
"Benarkah, terima kasih om," ucap Attalas kecil sambil menunduk sedih.
"Apa kau tidak suka menjadi saudaraku?" tanya Aidan kecil yang melihat Attalas kecil sedih.
Attalas kecil menggeleng. "Aku sangat senang, tapi mengapa kau mau menjadi saudaraku sedangkan saudaraku sendiri tidak mau mengakuiku sekarang, begitupun ibuku," tanya Attalas kecil dengan nada sedih.
Aidan kecil menatap ayahnya.
"Ibumu dan saudaramu hanya butuh sedikit waktu untuk menerima kenyataan, jadi kau jagan sedih karena disini kan ada om sama Aidan yang selalu ada buat Attalas," ucap ayah Aidan menyemangati.
"Aidan"
"Aidan"
"AIDAN!" ucap pak Johan sedikit berteriak dan itu berhasil membuyarkan lamunan Aidan."Em, ah iya pak maaf," ucap Aidan sedikit terkejut.
"Are you okey?"
Aidan mengagguk cepat.
Tiba-tiba pintu ruangan Attalas terbuka dan memperlihatkan seorang dokter yang keluar dari dalam ruangan itu. Aidan dan pak Johan langsung berdiri dan mendatangi dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan murid saya dok?" tanya pak Johan.
"Bapak bisa ikut saya keruangan sebentar?" suruh dokter.
Pak Johan mengangguk. "Bisa dok."
"Dok, Attalas baik-baik aja kan dok?" tanya Aidan mulai panik.
Dokter Dirga tersenyum, lalu menepuk pundak Aidan pelan. "Tidak usah khawatir."
"Saya boleh masuk dok?" tanya Aidan.
Dokter Dirga mengangguk mengiyakan.
"Silahkan pak ikut saya," ucap dokter Dirga mempersilahkan pak Johan untuk masuk ke ruangannya.
"Iya dok," pak Johan mengangguk. "Kamu jaga Attalas ya," ucap pak Johan sambil menepuk pundak Aidan.
"Iya pak."
Aidan mulai membuka pintu ruangan Attalas, Aidan mulai mendekat dan duduk disalah satu kursi dekat ranjang Attalas.
"Gue tau lo gasuka sama tempat ini, tapi kenapa lagi-lagi lo harus balik ketempat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Attalas [Hiatus]
Teen Fiction"Maafkan aku, bahkan hingga kau menutup mata, aku tak akan pernah bisa melupakan sosokmu, sosok yang begitu sangat ku cintai sampai saat ini" Jika ada kesalahan kata atau huruf mohon dimaafkan ya... Soalnya belum direvisi dan lagi males ngerevisi h...