KESEPULUH

644 105 47
                                    

"Eh kalian apaan? Kenapa sih harus peluk-pelukan?" Vita dengan cepat menyelinap diantara keduanya. Membiarkan Citra yang jatuh terduduk karena didorong Vita.

Citra langsung berdiri. Pandangannya terfokus ke Langit. "Udah tau kesalahannya?"

Langit mengangguk ragu.

"Gak usah temuin aku dulu, Lang. Aku selalu salah di mata kamu. Kalau kamu masih mau merjuangin hubungan ini, laksanakan perintah kemarin," Ujar Citra pelan. Pandangannya teralih ke Vita.

"Dan tolong tahu batasan. Terlepas dari masalah yang lo alamin gue harap lo tahu posisi lo cuma sahabat gak bisa lebih dari gue." Mata Citra menatap Vita tajam.

"Langit!" Seketika Vita meraih tangan Langit. "Gue takut diginiin. Tolong jangan deket sama dia. Citra bahaya buat lo Langit!"

"Citra!" Bentak Langit tiba-tiba. "Kamu ngelukain hati Vita. Kamu sadar gak kalau kamu salah?!"

Hati Citra terasa diremas seketika. Ia pikir Langit akan membelanya. Jelas Vita yang salah di sini, tapi lagi-lagi Citra yang kena.

Menatap Langit sendu, Citra berkata lemah, "Baik, aku yang salah. Selamanya aku gak akan pernah menang selama ada Vita. Aku pamit, Lang."

Citra pergi membawa perih di hatinya. Tidak peduli dengan tatapan tajam dari Tama yang menjurus padanya. Ia hanya ingin cepat pergi.

Langit mendengus. "Apa-apaan dia? Malah pergi? Pacarnya sakit bukannya diurus malah pergi." Ia mendumel tak jelas. Tangannya mengusap rambut Vita lembut.

***
P

anitia Hari Guru SMA Nusa Garuda terlihat sangat sibuk. Setiap kelas diwajibkan membuat stand yang dihias menyerupai rumah adat. Stand-stand itu, kini sudah berjajar rapi di tepi lapangan. Di tengah lapangan, panggung besar sudah berdiri dengan megahnya.

Citra tak peduli pada Langit akhir-akhir ini. Cewek itu berfokus pada perannya yang cukup sulit di pentas drama nanti. Langit juga tidak peduli dengan Citra di tengah kesibukannya menata segala hal.

Langit. Cowok itu entah kenapa benar-benar mengenakan baju badut selama tiga hari ini. Menjadi bahan tertawaan anggotanya di OSIS.

Di panggung, Citra sedang gladi bersih. Setiap gerakan yang dilakukan bersama Joshua, membuat Langit kebakaran jenggot.

"Pak OSIS kalau cemburu ya jangan buat sakit hati dong!" Celetuk Dio yang berdiri di samping Langit.

"Diam lo!" Bentak Langit tajam.

Langit yang sedang menata red carpet tampak tidak berminat. Ia menendang gulungan red carpet sampai terbentang.

Lintang yang melihatnya, langsung protes. "Pak, ya jangan gitu lah. Itu tuh menceng itu loh, Pak. Kita juga nanti yang benerin."

"Galau salah sendiri, yang jadi korban orang lain. Cih," Cibir Reno kemudian.

"Halo, Langit!"

Fokus mereka teralih pada seorang cewek yang datang begitu saja. Tangannya langsung berlayut di lengan Langit. Anehnya, Langit tak protes akan hal ini.

"Ratu drama datang. Mari kita pergi!" Seru Reno keras. Kemudian pergi sembari menata kabel.

"Kalian jangan gitu," Peringat Langit hampir berteriak. Tangannya mengusap puncak kepala Vita kemudian.

Reno tak peduli. Tetap pergi, terlebih saat Dio memanggilnya untuk segera ke ruang OSIS.

"Kenapa, hm?" Tanya Langit lembut. Kini tangannya meraih kedua tangan Vita. Keduanya berhadapan.

"Tadi Rena bentak gue masa. Dikira gue ngerusak hubungan lo sama Citra. Padahal kan gue cuma ngarahin lo ke hal yang benar," Curhat Vita memelas.

"Yaudah biarin. Kan dia gak tahu sebenarnya. Lo gak usah nanggepin ya."

"Eh Langit!"

Keduanya menoleh. Rena datang. Dengan wajah lelahnya. Cewek paskib itu sepertinya baru saja selesai latihan untuk Hari Guru, terlihat dari seragam olahraga yang dipakainya.

"Tau kembaran gue gak?" Tanya Rena langsung.

"Kembaran lo siapa?"

"Ya Reno lah!" Jawabnya ngegas.

"Pergi dia." Vita menyahut. "Omongannya pedes kayak cewek."

Rena menatap Vita tajam. "Lo kenapa gak ikut casting film aja? Akting lo beneran bagus loh. Asli. Kalau lo main film, pasti deh gue tonton."

"Jaga bicara lo, Rena!" Bentak Langit tajam.

Rena terperangah. "Waw. Duh dibelain."

Vita melotot tak terima. Tangannya bergerak menjambak rambut Rena, tapi ia dengan cepat menghindar. Vita kalah.

Rena menjulurkan lidah ke Vita. "Dasar ratu drama. Gue tunggu ya film lo. Pasti banyak deh yang nonton." Kemudian berlalu begitu saja.

Vita menghentakkan kaki kesal. Langsung menatap Langit. "Pokoknya gue tunggu lo putus sama Citra.

***

Gak tau mau bilang apa. Aku masih kaget lihat berita tadi.

Mari kita berdoa, semoga korban jatuhnya pesawat Sriwijawa Air nomor penerbangan SJ-182, segera ditemukan. Aamiin.

Semoga keluarga diberi kekuatan dan ketabahan atas musibah yang menimpa. Semoga proses pencarian dan penyelamatan ini berjalan dengan lancar. Aamiin.

Mari kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

Terima kasih semua, semoga doa kita didengar oleh Tuhan.

Sabtu (09/01/2021)

Memeluk LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang