Kerumunan semakin bertambah banyak melihat Joshua yang terbaring dengan darah mengucur di kepalanya. Langit terpaku di tempatnya. Rasa bersalah menghinggapi. Ia tidak bermaksud melakukan hal seperti ini.
"Cepet tolongin woi!"
"Eh gilak itu darahnya banyak banget!"
"Langsung bawa rumah sakit itu!"
"Eh beneran yang ngelakuin ketos kita?"
"Turunin aja tuh Langit dari ketos."
Langit tak dapat lagi mendengar suara itu. Tubuhnya terdorong sana sini sampai keluar dari kerumunan.
"Langit. Lo gakpapa kan?" Vita datang kemudian.
"Bodoh!" Rena teman Citra menyusul. Langsung mengumpati Langit.
"Apa maksud lo ngatain Langit?" Vita tak terima.
"Ya gara-gara cowok goblok tolol ini kan Joshua kejedot? Masih gak nyadar juga?!" Amuk Rena mendorong Vita.
"Gak usah sok tau deh lo! Udah jelas kan yang salah Joshua," Bela Vita untuk Langit tanpa henti.
"Langit? Bisa ikut saya?"
Kegaduhan itu terhenti oleh suara yang mendatangi mereka. Pak Brandon guru BK berdiri di depan Langit yang masih terdiam. Pak Brandon meraih tangan Langit untuk dibawa ke ruang BK.
Rena pergi. Tak mau berhadapan dengan Vita. Cewek itu memijit keningnya merasa pusing temannya tak kunjung muncul.
"Dimana sih si Citra. Situasi lagi gaduh ginj," Dumel Rena tak tahu harus bagaimana.
Sementara di toilet, Citra kelelahan. Ia sudah berteriak tapi tak ada yang mendengar.
"Please, siapa aja tolong!" Teriak Citra tanpa henti.
"Tolongin gue! Gue kekunci di toilet!" Citra memukul-mukul pintu. "Please!"
"Awhh," Ringis Citra sampai menutup matanya. Buku-buku tangannya mengeluarkan darah. Tangannya mendadak kaku. Citra tak lagi bisa menggedor pintu.
"TOLONG!" teriak Citra sekuat tenaga.
Cewek itu berbinar saat mendengar suara kunci diputar. Detik selanjutnya pintu terbuka memperlihatkan seorang cowok bermasker. Namun, kebahagiaan itu hanya sekejap saat tiba-tiba cowok itu mendekapnya erat.
"Lepasin!" Berontak Citra tanpa henti.
"Uhh kasihan," Iba cowok itu terus mendekap tubuh itu dari belakang.
"Mau lepas ya?" Cowok itu tertawa kencang. Tawanya membuat bulu kuduk Citra berdiri.
"TO--" Dengan cepat cowok itu membungkam mulut Citra dengan kain yang telah diberi sevofluran di atasnya.
Citra tak tahu harus bagaimana. Ia yakin kain itu tak main-main. Menghirup ataupun tak menghirup itu sama saja mengancam nyawanya. Ia akan kehabisan napas jika tidak menghirup, tetapi menghirup juga sama saja tidak baik.
"Satu menit 21 detik. Lo akan kehilangan kesadaran," Bisik cowok itu di telinga Citra yang mulai melemas.
Benar, pada detik itu kesadaran Citra terenggut. Cowok itu tersenyum miring. Tangannya mengambil cutter dari sakunya. Menyayat salah satu tangan Citra cukup dalam.
"Mission complete," Gumamnya dengan tawa mengerikan.
***
"Gue terancam turun jabatan Vit," Adu Langit pada Vita setelah keluar dari BK.
Wajah Vita menekuk prihatin. "Sabar ya. Ini cobaan buat lo."
Langit mengangguk kemudian duduk di salah satu kursi disusul Vita. Raut wajahnya terlihat bingung. Kepalanya menoleh tak tentu arah.
"Nyari apa?" Tanya Vita penasaran.
"Citra. Kemana ya dia? Masa dia gak tahu ada rame-rame?"
Vita berusaha keras menyembunyikan senyum jahatnya. "Dia udah gak peduli mungkin sama lo. Buktinya aja dia gak nongol. Bisa aja kan dia nemenin Joshua sekarang?"
"Gak mungkin," Elak Langit.
"Gak ada yang gak mungkin. Tuh buktinya dia gak ada di sini."
"Iya juga." Langit terpengaruh. Ia mempercaya apapun yang keluar dari mulut Vita.
***
"Duh udah sore Citra kemana ya?" Rena mondar-mandir tak jelas di depan kelas. Reno, kembarannya bingung sendiri melihatnya.
"Coba lo diem. Otak gue ikutan geser kanan geser kiri lihat lo jalan kek setrika," Omel Reno lelah.
"Ya gue bingung. Abisnya Citra gak kelihatan. Di rumah sakit juga gak ada kan?" Rena ganti posisi jongkok seperti di toilet.
Reno menggeleng. "Gak ada. Cuma cowok doang tadi yang nemenin Joshua."
"Ah ya Joshua!" Rena menepuk dahinya. "Dia gimana keadaanya?"
"Operasi lah gimana lagi? Orang parah banget itu," Balas Reno enteng.
"Edan! Lo omong kayak gak ada beban," Cibir Rena meluruskan kakinya.
"Eh ya." Reno menendang Rena pelan. "Kayaknya ada yang gak kita tahu tentang Joshua deh."
"Apaan? Dia bandar narkoba?" Celetuk Rena asal.
"Ngawur!" Reno kembali menendang Rena sampai Rena mencubit keras kaki kembarannya itu.
"Dia punya kelainan jantung," Lanjut Reno membuat Rena tercengang di tempat.
***
Halo-halo gimana nih part ini? Lanjut?
Ada pesan untuk Joshua?
Ada yang kangen sama si kembar Rena-Reno?
Apa harapan untuk Vita?
Apa harapan untuk Langit?
Kira-kira pengen cerita ini tamat di part berapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Langit
Teen Fiction"Langit, kita putus aja ya?" Menggeleng, Langit menatap Citra sendu. "Aku gak bisa, Cit." "Janji ya tahu prioritas? Kalau aku butuh kamu usahakan datang." Citra menyodorkan kelingkingnya. Dibalas yang sama oleh Langit sambil mengangguk. 'Bohongnya k...