🌼D U A L I M A🌼

739 100 35
                                    

Jaemin memandang sendu gadis yang berbaring lemah di depannya. Mata dan hidungnya memerah. Tampangnya sangat amat berantakan. Berbeda saat pemuda itu menginjakkan kakinya di sekolah pagi tadi.

"Chaer, bangun." Pintanya.

Gadis yang tertabrak truk tadi bukanlah Hena. Melainkan Chaeryeong.

Iya Chaeryeong, gadis itu yang berlari meneriaki nama Hena hingga tubuhnya lah yang tertabrak truk sampai terpental sejauh beberapa meter. Chaeryeong yang sudah menyelamatkan nyawa Hena dan juga bayi yang ada di dalam kandungan wanita itu. Jika mau, gadis itu bisa saja tidak berlari ke tengah jalan dan menyaksikan bagaimana tubuh Hena yang terpental dan mungkin saja koma setelah kejadian itu. Namun ini, sebaliknya.

Pintu kamar inap terbuka, menampilkan Jennie yang baru saja sampai. Di belakang wanita itu, ada Lisa dan Chaeyeon yang langsung berlari ke arah bangkar tempat di mana Chaeryeong terbaring lemah. Jaemin yang mengerti memilih untuk mendekati sang mami, memeluk wanita itu dan membenamkan wajahnya di lekuk leher milik Jennie.

"Kamu yang sabar ya sayang. Chaeryeong kita kuat. Dia pasti bisa sembuh." Ucap Jennie, mengelus rambut Jaemin sayang.

"Chaeryeong mi, hiksss. Chaeryeong  di tabrak truk. Dia–" Jaemin menghentikan ucapannya, Isak tangisnya terendam di bahu Jennie.

Jaemin menangis.

Setelah sekian lama, Jennie yang biasanya melihat anaknya itu bersikap cuek dan bodo amat, kini menangis di pelukannya. Bohong jika Jennie tidak terpukul atas kabar kecelakaan Chaeryeong. Wanita itu bahkan sampai meninggalkan rapatnya dan memilih untuk menjemput Lisa yang saat itu berada di salah satu restoran untuk bertemu dengan clien dari luar negeri. 

"Tenangin diri kamu. Percaya sama mami, Chaeryeong itu kuat. Sebentar lagi pasti dia sembuh. Kamu jangan sedih." Ucap Jennie.

Di sisi lain, Lisa terus menangis di pelukan Chaeyeon. Anak bungsu kesayangannya, buah hatinya, mataharinya kini terbaring lemah di bangkar rumah sakit. Wajah yang biasanya bersinar cerah kini tertutupi oleh wajah pucatnya. Tidak ada lagi tatapan seteduh malam milik Chaeryeong untuk diperlihatkan.

"Chaeryeong hikss,,, bangun sayang. Mamah di sini hiksss,, maafin mamah yang lupa jemput kamu sama Chaeyeon hiksss,,, mamah minta maaf sayang. Bangun yuk, kamu boleh hukum mamah sesuka kamu hiksss,,, tapi bangun dulu sayang." Lisa terisak di sela-sela tangisannya.

"Dek, bangun yuk. Kakak janji deh ajak kamu jalan-jalan. Tapi kamu bingun dulu, dek. Hikss,,, dek ayo bangun. Jangan di tutup matanya!" Pertahanan Chaeyeon akhirnya runtuh, berusaha keras ia tidak akan mengeluarkan air matanya agar Lisa tidak makin sedih. Namun saat melihat kondisi adiknya, semuanya buyar.

Tak berselang lama, pintu kamar ruang inap milik Chaeryeong terbuka. Seorang dokter dan beberapa perawat datang, membawa beberapa peralatan medis untuk memeriksa keadaan Chaeryeong lebih lanjut.

"Selamat sore, dokter harus memeriksa keadaan pasien. Di mohon untuk semua keluarga pasien keluar dari ruangan." Ucap salah satu perawat.

Mendengar itu, Lisa menggeleng ribut. Ia tidak ingin meninggalkan anak bungsunya sedetik pun.

"Lisa." Jennie menghampiri sang sahabat, memeluk wanita beranak dua itu erat. "Tenangin diri kamu, oke? Aku udah telpon Taeyong sama Jaehyun juga, kebetulan mereka ada rapat bareng. Sekarang, biarin dokter periksa keadan Chaeryeong dulu."

"Tapi Chaery–"

"Mah, kita keluar dulu yuk. Kalau kita masih di sini, dokter nggak bisa liat perkembangan Chaeryeong. Mamah nggak mau kan Chaeryeong kenapa-napa?"

Eloquence ft. JaemChaer (Completed✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang