15-Penjelasan

47 10 6
                                    

Penjelasan = proses, cara, dan perbuatan.

====================================

Setelah mendapat kabar dari Farel, Rina dan Bagas memajukan jadwal kepulangan dari yang seharusnya. Rasa menyesal, sedih menjadi satu.

Aroma bau obat-obatan tercium di indra penciuman Farel. Seorang perawat melintas di depan Farel dengan mendorong brankar, menampakkan pasien dengan sepenuhnya tubuhnya tertutup. Semua orang bisa tau bahwa itu adalah pasien yang sudah meninggal. Farel mengusap wajahnya kasar sambil beristigfar. Setelah perawat melewati Farel, ia melanjutkan langkahnya menuju kamar sang adik.

Aluna terbaring di brankar dengan infus dan perban di tangan kanannya. Farel meringis melihat kondisi Adiknya. Kemarin, saat Farel menuju dapur ia melihat kamar Rina terbuka. Betapa kagetnya Farel melihat Aluna sudah terbaring lemas dengan darah yang bercucuran di lantai. Farel juga menemukan dua bingkai foto, map rekam medis Aluna, dan selembar kertas yang tergeletak. Aluna sudah mengetahui semua.

Farel duduk di samping Aluna, mengusap punggung tangan kirinya dengan lembut. Aluna belum sadarkan diri sejak ia masuk rumah sakit. Darah yang dikeluarkan membuat ia kekurangan banyak darah. Syukurnya rumah sakit memiliki stok golongan darah yang sesuai dengan Aluna.

Farel menoleh begitu mendengar pintu terbuka, menampakkan Sindy dan kedua orang tua Farel. Rina datang dengan mata yang sembab, bisa dipastikan sepanjang perjalanan ia banyak menangis.

"Bunda," panggil Farel, menyalimi kedua orang tuanya.

"Aluna belum sadarkan diri?" tanya Bagas dengan suara serak.

Farel menggeleng pelan. "Belum, Yah."

Rina dan Bagas duduk di samping Aluna. Melihat kondisi Aluna yang sangat memprihatinkan.

"Ini semua salah Bunda. Bunda yang terlambat memberitahu Aluna. Bunda merasa bersalah ..." ujar Rina menangis.

"Maafkan Bunda, sayang ... pasti sekarang hati kamu lagi hancur banget mengetahui kebenaran yang disembunyikan," imbuh Rina.

Bagas mengusap punggung istrinya untuk menenangkan. Tidak sepenuhnya salah Rina. Kebenaran yang disembunyikan memiliki sebuah alasan, dan Rina memiliki alasan yang belum bisa dijelaskan.

"Aluna pasti sekarang lagi mimpi bertemu dengan Ayah dan Ibu, ya?" Rina tak sanggup menahan tangisnya. Bagas memeluk Rina, mencium puncak kepalanya agar tenang.

"Ini salah, Bunda, Yah ..." lirih Rina di dalam pelukan Bagas.

"Tidak, Bunda. Ini tentang waktu. Waktu yang belum memberikan kesempatan untuk menjelaskan kebenaran," balas Bagas.

"Selalu ada kesempatan, Yah. Tapi, Bunda memilih untuk menunda. Karena, Bunda takut Aluna akan membenci kita. Bunda sangat sayang sama Aluna." Farel yang mendengar percakapan kedua orang tuanya ikut menitikkan air mata. Sindy yang daritadi berdiri di dekat Farel hanya bisa diam melihat kebenaran terungkap sekarang.

"Bunda harus tenang. Kita tunggu Aluna sadar, setelah itu kita bisa menjelaskannya." Rina mengangguk kecil, mengikuti tuntunan Bagas untuk istirahat di sofa. Kepalanya saat ini berat akibat kebanyakan menangis.

~~~

Suasana di taman rumah sakit sepi. Farel dan Sindy duduk bersebelahan, menatap langit malam menampakkan bulan dan bintang. "Aluna kalo lihat langit malam ini pasti senang banget," ujar Farel tersenyum kecil.

Jejak Kisah AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang