5-Belajar

54 14 4
                                    

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya

====================================

Hujan turun deras seolah membalas dendamnya untuk menghujani siapa saja yang dibawahnya. Membasahi tanah, pepohonan, dedaunan dan seorang perempuan yang membiarkan dirinya terhujani dibawa derasnya hujan.

Aluna menatap kaca jendela dari dalam kelas, matanya lurus menatap perempuan itu namun dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang pada kejadian kemarin.

"Aluna Cahaya Senja!"

Seorang laki-laki paruh baya yang sedang berdiri di depan kelas memanggil nama Aluna dengan memperhatikannya yang masih menatap jendela.

"Aluna Cahaya Senja!" panggilnya lagi, laki-laki itu memanggil dengan suara cukup nyaring.

Salsa yang berada di samping Aluna mencoba memanggilnya, namun tetap saja Aluna tidak menghiraukan.

Karena sudah geram, Pak Hadi menghampiri meja Aluna lalu memukul mejanya dengan penggaris ditangannya. Refleks Aluna kaget, hampir saja ia terkena serangan jantung.

"Ma-maaf, Pak," ujarnya menunduk.

"Keluar kelas sekarang!" bentak Pak Hadi dengan wajah yang merah padam menahan amarah.

"Ta-"

"Tidak ada alasan, keluar!" Aluna segera membereskan buku-bukunya, ia menjinjing tasnya lalu keluar kelas. Sebelumnya, ia sempat mengedarkan pandangannya dan semua temannya memperhatikannya dengan tatapan kasihan.

Langkahnya gontai menuju kantin, kemana lagi tempat pelarian yang nyaman selain kantin? Ia juga mau mengisi perutnya karena tidak sempat sarapan. Hujan yang deras menambah rasa laparnya.

Langkahnya sempat terhenti ketika menginjak wilayah kantin, matanya lurus menatap meja populer di kantin yang sudah terisi oleh orang yang ia kenal. Pikirannya melayang pada kejadian kemarin, orang itu yang sudah menolong Aluna.

Ia memberanikan diri melangkahkan kakinya menuju meja itu, ia harus melakukan misinya sebagai ucapan terima kasih dan minta maaf.

"Eh, Aluna?" Perempuan yang memiliki rambut gelombang menyadari keberadaan Aluna yang sudah di depan meja mereka.

Aluna tersenyum tipis. "Hai, Kak," sapanya ramah pada perempuan itu.

Sindy membalasnya. "Ada apa?"

Laki-laki yang membawa semangkuk bakso dan segelas es teh datang. "Kamu sedang apa disini, dik?"

"Eh ... kak," ucapnya terbata.

Farel meletakkan mangkuk dan gelasnya di meja lalu ia duduk di depan Sindy. "Kenapa?"

"Aluna mau bicara sebentar dengan kak Panji." Mendengar namanya disebut, Panji mengalihkan pandangannya dari handphone menuju pada Aluna.

"Saya?" tanya Panji refleks.

Aluna mengangguk kecil. Tiga orang yang berada di meja pun saling menatap, sama-sama bingung.

"Sebentar aja, kak, ada hal yang penting," ucap Aluna sedikit takut. Farel yang menyadari itu langsung menggenggam tangan Aluna untuk menenangkan. Farel tau mengapa Aluna ingin bicara dengan sahabat dekatnya itu.

"Oke," balas Panji lalu Aluna mengikutinya dari belakang. Mereka menuju koridor taman kampus yang tak jauh dari kantin.

Sesampai di koridor taman, Aluna lekas mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ia menyodorkan pada Panji. "Untuk kakak."

Jejak Kisah AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang