10-Cemburu

51 11 5
                                    

Rasa cemburu adalah perasaan yang bermula dari rasa takut kehilangan orang atau hal yang disayangi karena orang lain. Tidak melulu soal cinta, rasa cemburu juga bisa muncul di pertemanan, persaudaraan, hingga pekerjaan.

====================================

Aroma masakan tercium di indera penciuman Aluna begitu ia keluar kamar. Sudah pasti aroma itu berasal dari dapur. Aluna melangkahkan kakinya menuju dapur, seorang perempuan dengan memakai piyama bunga-bunga berdiri didekat kompor sembari memasak nasi goreng.

Aluna memicingkan mata. "Kak?"

Yang dipanggil menoleh, Sindy mematikan kompor lalu memindahkan nasi goreng ke piring membawanya ke meja makan. "Hai, selamat pagi, Aluna."

"Kak Sindy masak?"

Sindy mengangguk tersenyum. "Ya, walaupun cuman nasi goreng. Farel mana? Makan yuk," ajaknya.

Aluna masih heran, mengapa Sindy bisa memakai dapurnya tanpa seizin— "aku udah izin Farel semalam," potong Sindy.

Aluna mengangguk paham. Beberapa hari Sindy di rumahnya tidak ada hal aneh yang terjadi, ya baru kali ini aja Sindy memakai dapur.

"Farel belum bangun, ya?"

"Belum, Kak,"

"Aluna bisa tolong bangunin?" Aluna mengangguk. Ia menuju kamar Farel untuk membangunkannya. Tak butuh waktu  lama, ternyata Farel sudah mandi. Ia memakai kaos polos berwarna hitam dan celana selutut. Mereka duduk melingkar di ruang makan.

"Selamat makan semua, semoga rasanya nyaman di lidah ya," ujar Sindy terkekeh.

Rasa yang tak terlalu buruk, bisa dibilang nasi goreng Sindy lebih enak daripada punya Aluna yang seringkali terasa asin. Not bad. Batinnya.

"Eung, hari ini pada nggak ada kuliah, kan?" tanya Farel tiba-tiba bersuara.

"Nggak ada, Kak,"

"Jalan, yuk! Ke transmart ya hitung-hitung refreshing," ajak Farel.

"Boleh, Kak,"

"Yuk, sudah lama juga aku nggak jalan-jalan."

"Oke, jam 10 kita berangkat. Aku mau panasin mobil dulu." Setelah makan pagi, Aluna dan Sindy membereskan meja makan dan beres-beres rumah, sedangkan Farel panasin mobil.

Pukul 10 tiba, Aluna memakai kemeja lengan panjang kotak-kotak dan celana jeans, dibalut sepatu sneakers berwarna putih dan tas selempang yang senada dengan warna bajunya. Sindy memakai dress berlengan dan panjangnya selutut. Dan Farel dengan pakaian santainya, hoodie berwarna putih dengan celana jeans berwarna creamy, dan sepatu sneakers putih.

Aluna melangkahkan kakinya ragu menuju mobil, pasalnya ia masih trauma menaiki mobil pasca kecelakaan itu. Walaupun Aluna mengalami amnesia ringan, tetapi ia tidak lupa dengan kecelakaan waktu itu.

Aluna menggigit bibirnya, menatap Farel yang sedang mengunci pintu. "Kak," panggilnya.

"Iya?"

"Kak, Aluna kan masih trauma naik mobil," bisik Aluna pelan agar tidak terdengar Sindy yang sudah ada didepan mobil.

"Tenang, Aluna, ada kakak. Belajar untuk bisa hilangin ketakutan itu ya? Kakak yakin kamu bisa."

"Tapi, Kak, Aluna—" belum sempat Aluna selesai bicara, Farel melihat seseorang melintas didepan pagar rumahnya.

"Panji!" panggil Farel dengan berteriak agar orang yang dipanggil menyahut.

Aluna menoleh ke arah depan pagar, Panji berbalik arah memasuki halaman rumah Aluna. "Hai, Pan!" sapa Farel menghampiri Panji yang membuka kaca helmnya.

Jejak Kisah AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang